Masyarakat Indonesia yang pluralis diminta untuk tidak bereaksi berlebihan dengan ulah Ustad Abdul Somad yang tersebar di berbagai media sosial. Video yang berisi sejenis canda tawa yang terkesan menghina akidah Umat Kristen itu tak perlulah direspon dengan berlebihan.
Ketua Dewan Pimpinan Daerah Gerakan Angkatan Muda Kristen Indonesia (DPD GAMKI) DKI Jakarta, Jhon Roy P Siregar malah melihat adanya kelucuan akibat stress politik yang mendera Indonesia pasca Pemilu 2019.
“Ketawain aja dah. Enggak usah direspon berlebihan. Masyarakat kita Cinta Damai kok. Mungkin karena stress berat dan berbeban berat Pasca Pemilu 2019 kemarin, ada aja yang sengaja menyulut emosi kelompok dengan menyebar video itu,” tutur Jhon Roy P Siregar, Sabtu (17/08/2019).
Lagi pula, lanjut Siregar, keberadaan video itu belum diketahui persis seluk beluknya. Apakah sengaja dibuat pasca Pemilu 2019 atau memang itu rekaman lama yang disebar.
Dia menjelaskan, di situasi dan kondisi masyarakat Indonesia saat ini, tidak sedikit orang yang tengah mengalami persoalan-persoalan pelik. Bahkan tak sedikit mendadak mengalami gangguan kejiwaan. Oleh karena itu, masyarakat tak perlu bereaksi berlebihan.
“Kan banyak yang mendadak pintar, mendadak sok pintar dan masih membawa-bawa hawa politik pasca Pemilu 2019 ke sekarang. Tak sedikit juga yang mengalami stress akibat berbagai faktor. Ya kata dokter, lebih baik tertawa untuk menghilangkan stress,” tuturnya.
Jhon Roy P Siregar juga mengajak kalangan Kristen untuk tak terpengaruh dengan berbagai upaya memancing-mancing emosi dan perseteruan dengan berbasis SARA. Sebab, sesungguhnya, orang yang marah, cepat marah dan juga yang tidak berakal sehat, pasti mudah tersulut emosi.
Tidak ada untungnya juga, kata dia, jika masyarakat dibuat sibuk bergunjing dan adu mulut hanya karena ulah seseorang Ustad seperti Abdul Somad itu.
Lebih baik, lanjut Siregar, bisa mencontoh beberapa sikap dari Tokoh Nasional, KH Abdurrahman Wahid alias Gus Dur, yang kerap merespon sebuah situasi yang menegangkan dengan sederhana, bahkan dengan canda dan lelucon yang sehat.
“Terus, kalau Ustad Abdul Somad bilang Jin Kafir-lah, Setanlah atau berbagai bahasa kotor lainnya, jadi pengaruh rupanya dengan hubungan sosial yang sangat bersahabat di masyarakat? Kan enggak. Hanya orang-orang yang kurang cerdas, kurang bijak yang akan terpancing dengan hal-hal seperti itu,” tuturnya.
Meski begitu, Jhon Roy P Siregar menyarankan, sebaiknya sosok seperti Ustad Abdul Somad dan konco-konconya itu, tidak bersengaja memancing kericuhan dan janganlah gandrung dengan mempermain-mainkan isu SARA di Indonesia.
Sebab, Indonesia bukanlah milik kelompok tertentu. Indonesia adalah Tanah Tumpah Darah seluruh suku bangsa, agam, golongan dan ras yang ada di wilayah Nusantara.
Kalau pun tindakan Ustad Abdul Somad itu sudah melanggar ketentuan hukum Negara, lanjut Siregar, ya itu biarlah aparat penegak hukum yang mengingatkannya. “Faktanya, kalau saling lapor melapor, tetap saja toleransi itu tidak terusik. Enggak usah diusik-usik kan. Gitu aja kok repot,” ujar Siregar mencotohkan gaya Gus Dur.(Nando)