Hutan mangrove harus dilestarikan. Untuk itu, Ataya Travel Solution menyisihkan dana insentif sebesar Rp 50 ribu dari setiap paket liburan untuk diserahkan kepada Yayasan Konservasi Alam Nusantara (YKAN) agar dipergunakan dalam pelestarian hutan mangrove.
Hal itu dijelaskan oleh CEO & Founder Ataya Travel Solution, Miko Pudji Utomo saat melakukan kerjasama dengan YKAN, melalui penandatanganan kerjasama untuk program Mangrove Ecosystem Restoration Alliance (MERA) di kantor Yayasan Konservasi Alam Nusantara, Jakarta, Kamis (25/04/2019).
“Kami merasa upaya merestorasi dan melestarikan alam tidak seharusnya dibatasi dengan jenis usaha yang dilakukan oleh pelakunya. Ataya Travel Solution bekerja sama dengan YKAN dalam misi konservasi hutan mangrove di Muara Angke,” ujar Miko Pudji Utomo.
Menurut Miko, misi konservasi alam tidak sebatas tugas yang harus dijalankan oleh organisasi yang bersinggungan dengan alam atau yayasan konservasi semata.
Dibutuhkan usaha dan komitmen untuk membangun kembali dan merawat alam. Khususnya di Jakarta yang merupakan pusat ekonomi, menjaga hutan mangrove amat diperlukan agar terhindar dari potensi bencana alam yang dapat menganggu aktivitas perekonomian.
YKAN dan Ataya Travel Solution menandatangani kerjasama untuk program Mangrove Ecosystem Restoration Alliance (MERA) di kantor Yayasan Konservasi Alam Nusantara. Acara penandatanganan kerjasama dihadiri oleh Ketua Dewan Pengurus YKAN, Rizal Algamar dan CEO & Founder Ataya Travel Solution, Miko Pudji Utomo.
Kerjasama ini dilatarbelakangi oleh kepedulian Ataya Travel Solution terhadap keberadaan hutan mangrove di Indonesia. Bentuk kerjasama ini berupa penyisihan dana insentif sejumlah Rp 50.000 dari setiap paket liburan Ataya Travel Solution kepada YKAN, untuk mendorong program MERA di Muara Angke. Program kerjasama ini akan berlangsung selama lima tahun.
Ketua Dewan Pengurus YKAN, Rizal Algamar berharap, melalui kerjasama yang diinisiasi oleh Ataya Travel Solution ini, dapat mengajak para pelaku usaha lainnya untuk lebih peduli terhadap lingkungan di sekitar, sekaligus turut serta menjaga hutan mangrove di Indonesia.
Dia menjelaskan, mangrove merupakan salah satu daya tarik di bidang pariwisata Indonesia. “Tidak hanya menjadi tumbuhan yang dapat mengurangi abrasi yang disebabkan oleh arus dan ombak, hutan mangrove juga menjadi rumah dari jutaan burung yang bermigrasi dan lebih dari 75% spesies ikan tropis yang hidup di perairan laut,” ujar Rizal.
Untuk merestorasi dan memelihara mangrove yang ada di Indonesia, maka Yayasan Konservasi Alam Nusantara mengembangkan program bernama Mangrove Ecosystem Restoration Alliance (MERA).
MERA berfungsi sebagai wadah bagi para pemangku kepentingan seperti akademisi, masyarakat, LSM dan swasta yang berharap dapat membantu pemerintah pusat dan daerah dalam pengelolaan mangrove secara terintegrasi.
Pembentukan aliansi seperti MERA, lanjutnya, didukung oleh banyak pihak yang berharap terwujudnya pengelolaan mangrove yang berkelanjutan. Saat ini luas wilayah hutan mangrove yang dijangkau oleh program MERA adalah 730 Hektar.
Sementara itu, Marketing Communications & Membership Director YKAN Elia Wijaya menjelaskan, Yayasan Konservasi Alam Nusantara (YKAN) adalah afiliasi lokal The Nature Conservancy Indonesia yang memiliki izin untuk menggunakan tanda dan logo The Nature Conservancy di Indonesia.
“Misi dari YKAN adalah melestarikan tanah dan air yang menjadi sumber kehidupan seluruh makhluk hidup,” ujarnya.(JR)