Sadiq Khan, Orang Muslim Pertama Yang Menjadi Walikota London

Sadiq Khan, Orang Muslim Pertama Yang Menjadi Walikota London

- in POLITIK
1077
0
Sadiq Khan, Keturunan Imigran Paskistan, Orang Muslim Pertama yang menjadi Walikota London, Inggris.

Sadiq Khan telah terpilih sebagai walikota baru London dari Partai Buruh dan menjadi orang muslim yang pertama menduduki bangku Walikota di Ibukota Ingris.

Pada pemilihan Walikota untuk wilayan Ibukota Inggris tersebut, perolehan suara yang dihitung pada Kamis (05/05/2016) menunjukkan calon walikota dari Partai Buruh ini meraih poin tertinggi dengan perolehan suara 56,8 persen. Sedangkan saingan terdekatnya, Zac Goldsmith, dari Partai Konservatif meraih perolehan 43,2 persen suara, dengan di ikuti dari partai partisipasi 45,3 persen.

Kemenangan Khan menjadikan dia orang Muslim yang pertama menjabat sebagai wali kota di London. Politisi Partai Buruh itu dipastikan menang setelah mengumpulkan hasil pemungutan suara di negara tersebut dan dia mendapat perolehan suara paling banyak.

Kemenangannya menjadi yang paling dramatis dalam pemilihan lokal dan regional yang menghasilkan beberapa perubahan besar, sekaligus menegaskan adanya perpecahan politik Inggris menjelang referendum mengenai apakah akan tetap bersatu di Uni Eropa atau tidak.

Sadiq Khan merupakan anak dari seorang supir bus dan mempunyai tujuh saudara. Kedua orang tuanya, Amanullah dan Sehrun Khan merupakan warga negara imigrasi dari Pakistan yang pindah ke London sebelum Khan lahir, pada tahun 1970. Ia adalah anak kelima dari delapan bersaudara dan mempunyai saudara enam laki-laki dan seorang perempuan.

Dia tinggal dengan orang tua dan saudara-saudaranya di sebuah rumah dengan tiga tempat Tidur yang sempit, di Selatan-Barat London. Khan pertama kali mulai tertarik pada politik dan bergabung dengan Partai Buruh saat ia berusia 15 tahun.

Dalam pidato pertamanya sebagai anggota parlemen, ia berbicara tentang ayahnya yang mengajarinya mengenal Muhammad, khususnya mengenai prinsip hadis. “Jika seseorang melihat sesuatu yang salah, maka kita memiliki tugas untuk mencoba untuk mengubahnya” kata dia.

Lebih lajut, “Cerita saya adalah cerita tentang London. Ayah saya adalah seorang supir bus dan ibu saya penjahit. London memberikan saya kesempatan untuk berkembang, dari rumah susun dan menjalankan usaha yang berhasil dan menjabat di kabinet,” kata Khan dalam sebuah situsnya.

Ia belajar matematika dan sains di Tingkat A dan ingin menjadi seorang dokter gigi. Dia kemudian beralih ke Fakultas Hukum dan memperoleh gelar sarjana hukum di Universitas London Utara dan menjadi pengacara muda (pengacara pendamping) pada tahun 1994.

Selama waktu ini, ia turut menangani sejumlah kasus besar dan dia memenangkan kompensasi untuk Kenneth Hsu, seorang penata rambut yang salah ditangkap dan diserang oleh polisi. Dia juga mengadvokasi guru dan pengacara yang mengalami diskriminasi ras, Leroy Logan. Leory adalah seorang perwira polisi senior berkulit hitam yang dituduh melakukan penipuan, dan korup oleh mantan komandan Polisi Met Ali Dizaei; Khan juga membantu membatalkan perintah pengecualian (dimenangkan di tingkat banding) pada aktivis politik Louis Farrakhan.

Dia meninggalkan perserikatan hukumnya secara tiba-tiba pada tahun 2004, setelah itu mengatakan Lembaran Hukum: “Jika Anda berada di pemerintah, Anda legislator dan Anda memiliki kesempatan untuk membuat undang-undang yang dapat meningkatkan hal-hal untuk jutaan orang”.

Serangan kritik oleh beberapa kaum Konservatif senior mencoba menghalanginya untuk ikut pemilihan Walikota London. London telah menyaksikan serangan oleh ekstrimis Islam, termasuk pada Juli 2005 bom bunuh diri yang menewaskan 52 orang dalam bus dan kereta bawah tanah, tetapi peristiwa itu tidak menimbulkan ketergangan rasial dan agama di Eropa.

Ketika mengikuti pertemuan di parlemen untuk membahas serangan, Khan mengatakan kepada anggota parlemen, “Hari ini London dan seluruh Inggris akan memiliki alasan yang lebih banyak untuk tetap berbangga sebagai warga London, bangga dengan semua cara heroik London dari semua agama, ras dan latar belakang, korban, korban dan orang-orang yang bahu membahu, sehingga cara ini dengan bersama-sama bisa membuat warga London kembali menegakkan kepala, melanjutkan aktivitas dan menghentikan penjahat yang mengganggu hidup kita ”

Dalam pidato kemenangannya, seperti dikutip dari AFP, Khan berjanji akan menjadi wali kota untuk semua warga London, tanpa terkecuali.

“Saya tak pernah bermimpi bahwa seseorang seperti saya dapat terpilih menjadi Wali Kota London. Saya ingin berterima kasih kepada setiap warga London yang telah mewujudkan mimpi yang menjadi kenyataan hari ini,” kata Khan.

Dia berjanji akan menepati program-program yang telah dikampanyekan sebelumnya. Khan akan fokus pada penyediaan perumahan dan transportasi yang terjangkau bagi warga London, mengurangi polusi, dan mendorong ketersediaan lapangan pekerjaan yang lebih baik.

“Saya ingin setiap warga London mendapatkan kesempatan, seperti yang telah diberikan oleh kota ini kepada saya dan keluarga saya, kesempatan yang bukan sekadar untuk bertahan hidup, melainkan juga tumbuh berkembang,” kata Khan.

Khan lahir di London pada tahun 1970 dari pasangan imigran yang baru datang dari Pakistan. Khan adalah anak kelima dari total delapan bersaudara.

Dia tumbuh di sebuah apartemen padat di Tooting yang dikenal dihuni warga multietnis dan multikultur di London selatan. Komunitas sekitar Khan tinggal inilah yang nantinya akan menempa Khan menjadi politisi yang bangga dengan keberagaman.

Khan mendapat gelar di bidang hukum dari University of North London. Pada 1994 kemudian ia menjadi pengacara di firma hukum Christian Fisher. Di sinilah kemudian ia berjumpa dengan pengacara Saadiya yang kemudian dia persunting menjadi istrinya.

Sebagai pengacara, Khan ahli di bidang pembelaan hak asasi manusia. Pada 2008, ia ditunjuk oleh Perdana Menteri Inggris waktu itu, Gordon Brown, menjadi seorang menteri. Ia menjadi Muslim pertama di Inggris yang menjadi seorang menteri.

Kini, Khan adalah wali kota pertama yang seorang Muslim di ibu kota negara-negara Eropa. Kehadirannya di London diharapkan oleh semua pihak bisa menghapus islamophobia yang sedang merasuki Eropa, terutama setelah migran dari Timur Tengah menyerbu Eropa belakangan ini.

Hasil mengejutkan ini dicapai sebulan setelah serangan teror Brussels dan lima bulan setelah serangan teror Paris. Khan seolah menjadi titik harapan bagi semua pihak di Eropa dan juga di dunia untuk bisa mewujudkan semangat harmoni, bukan perang ketakutan, dan juga ghirah persatuan, bukan perselisihan.

Dari kemenangan Khan ini, setidaknya kita bisa belajar bahwa masih ada harapan bagi mereka yang ingin menebar semangat untuk bersatu, dan bukan menebar ketakutan berlebihan akan munculnya ekstremis Islam.

Oleh rivalnya, Zac Goldsmith, Khan memang selalu dituding mendukung ekstremis Islam. Zac Goldsmith adalah seorang aktivis lingkungan dan anggota parlemen dari Partai Konservatif.

Dia adalah putra taipan keuangan James Goldsmith. Goldsmith berulang kali melancarkan kampanye tak sehat dengan selalu mengaitkan Sadiq dengan link ulama-ulama yang mendukung ekstrimis.

Banyak yang menyayangkan strategi Goldsmith ini, bahkan dari internal partainya sendiri. Pada akhirnya, dengan kemenangan Khan ini, warga London tak bisa ditakut-takuti dengan isu islamophobia di daratan Eropa.

Kampanye hitam Goldsmith telah membuat Partai Konservatif kehilangan kantong-kantong suara yang didominasi kaum minoritas yang multietnik dan multikultur. Tanpa memandang agama dan ras, mereka pada akhirnya memilih kandidat yang tak mempersoalkan agama dan ras itu sendiri.

Di era melek informasi, harus dipahami semua orang bahwa strategi kampanye hitam dengan tuduhan tak berdasar kepada kandidat lain sama sekali tak bisa bekerja untuk mendulang suara. Apalagi, jika sampai kampanye tersebut menjurus rasial, maka akan semakin mempercepat ditinggalkan oleh pendukung.

Dunia telah berubah, teknologi telah memudahkan siapa pun untuk memverifikasi tuduhan. Persoalan memimpin sebuah kota adalah persoalan kemampuan personal, bukan persoalan agama maupun ras. Khan telah membuktikan itu bersama Londoners.

Khan dan Londoners telah mengucapkan selamat tinggal untuk politik yang “memperdagangkan” agama, menyudutkan, dan bahkan mengancam minoritas, mendramatisasi ketakutan, dan memecah belah masyarakat yang multietnik dan multikultur.
***
Sadiq Aman Khan, lahir 8 Oktober 1970, adalah seorang politikus Britania Raya yang menjabat sebagai anggota parlemen untuk wilayahTooting semenjak ia terpilih dalam pemilihan umum Britania Raya 2005. Ia adalah anggota Partai Buruh. Secara ideologis, ia merupakan seorang demokrat sosial yang moderat.

Khan lahir di London dan memperoleh gelar sarjana hukum di Universitas London Utara. Ia kemudian berprofesi sebagai seorang solicitor (sejenis pengacara muda/pengacara pendamping dalam advokasi) yang berspesialisasi dalam bidang hak asasi manusia. Khan pernah menjabat sebagai kanselir di London Borough of Wandsworth dari tahun 1994 hingga 2006.

Pada tahun 2008, ia diangkat sebagai Menteri Negara untuk Komunitas oleh Perdana Menteri Gordon Brown dan menjadi orang Pakistan Britania kedua yang menjabat di pemerintahan. Khan kemudian menjadi Menteri Negara untuk Transportasi. Ia bergabung dengan kabinet bayangan Ed Miliband sebagai Secretary of State for Justice bayangan dan Lord Chancellor bayangan pada tahun 2010.

Pada 16 Januari 2013, ia juga diangkat sebagai Menteri untuk London bayangan; pada 11 Mei 2015, ia mengundurkan diri dari kabinet bayangan ini untuk menjadi calon wali kota Partai Buruh. Pada 11 September 2015, Khan diusung sebagai calon wali kota London oleh Partai Buruh. Ia kemudian terpilih sebagai Wali Kota London pada 7 Mei 2016.

Khan lahir di Rumah Sakit St George di Tooting, London Selatan, dan merupakan anak kelima dari delapan bersaudara (tujuh anak laki-laki dan seorang anak perempuan). Ia terlahir di keluarga imigran Pakistan.

Kakeknya bermigrasi dari India ke Pakistan setelah pembagian India pada tahun 1947, dan orang tuanya bermigrasi ke Inggris sebelum Khan lahir. Ayahnya yang sudah meninggal Amanullah Khan berprofesi sebagai supir bus selama lebih dari 25 tahun. Ibunya, Sehrun, adalah seorang penjahit.

Komentator politik Nick Cohen mendeskripsikan Khan sebagai seorang demokrat sosial kiri-tengah, sementara jurnalis Amol Rajan menjulukinya “pemegang obor untuk faksi demokrat sosial” di Partai Buruh. BBC mengamati bahwa Khan merupakan bagian dari kaum “kiri lembut” (soft left) di partai tersebut.

Khan mengakui bahwa ia menerima ancaman pembunuhan karena telah mendukung rancangan undang-undang pernikahan sesama jenis yang pada akhirnya disahkan pada Juli 2013. Seorang imam mengeluarkan fatwa yang menyatakan bahwa ia bukan lagi seorang Muslim, sehingga Khan harus dilindungi oleh polisi.

Khan menikahi Saadiya Ahmed yang juga berprofesi sebagai seorang solicitor pada tahun 1994. Mereka dikaruniai dua anak perempuan, yaitu Anisah (lahir 1999) dan Ammarah (lahir 2001).(Tornando)

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

You may also like

Tidak Ditahan dan Tak Ada DPO, Para Terdakwa Bersama Biksuni Eva Diduga Ada ‘Main’ Dimulai Dengan Oknum Polisi

Oknum penyidik kepolisian dari Dirreskrimum Polda Metro Jaya