Pantai Puru Kambera, yang terletak di desa Hambapraing, Kecamatan Kanantang, Sumba Timur, Nusa Tenggara Timur NTT, menjadi tempat Pembukaan Sidang Raya XVII PGI 2019, Jumat (8/11/2019).
Tidak hanya peserta sidang, jemaat dari 4 kabupaten di Sumba serta masyarakat, ikut bersama-sama mengikuti ibadah, dan menyaksikan acara pembukan yang luar biasa. Sekitar 7000 orang tumpah ruah di pinggir pantai yang indah dan mempesona itu.
Antusiasme jemaat Gereja Kristen Sumba (GKS) dan warga Sumba perlu diacungi jempol. Dalam rilis yang diterima, Minggu (10/11/2019), sebelum pembukaan mereka telah berdatangan ke lokasi dengan menggunakan kendaraan roda dua, bis, mobil pribadi, hingga truk. Teriknya matahari sama sekali tak mematahkan niat mereka untuk hadir.
Prosesi pembukaan yang diawali ibadah ini, diisi tarian, atraksi seribu kuda, dan fragmen perjuangan masyarakat Sumba mula-mula yang dikolaborasi dengan masuknya Injil ke Tana Humba. Kesemuanya itu membuat decak kagum, dan rasa haru yang luar biasa dari mereka yang hadir.
Mewakili Presiden RI Joko Widodo, Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia (Menkumham) RI Yasonna H Laoly tiba di Pantai Puru Kambera, didampingi Gubernur NTT Viktor Bungtilu Laiskodat serta Wakil Gubernur NTT Wakil Gubernur NTT Josef Nae Soi.
Kedatangan mereka diterima Majelis Pekerja Harian Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia (MPH-PGI) dan Pimpinan Sinode Gereja Kristen Sumba (GKS) dengan adat budaya Sumba.
Dalam sambutannya, Ketua Umum PGI Pdt Dr Henriette Hutabarat Lebang menyambut dengan rasa syukur atas kehadiran jemaat GKS yang datang dari berbagai tempat, dan penuh semangat menghadiri acara ini.
“Kehadiran kalian semua dari tempat yang jauh menandakan adanya kesatuan hati kita untuk merayakan pesta iman ini,” tandas Pdt Ery, panggilan akrabnya.
Lanjut Ketua Umum PGI, tema Sidang Raya XVII PGI adalah pengakuan iman dari gereja mula-mula yang tidak akan dilupakan, dan ini juga menjadi pengakuan iman gereja-gereja di abad 21 ini.
“Banyak pergumulan yang melilit kita, namun harus yakin bahwa Allah tidak akan meninggalkan kita. Itu pula yang kita rayakan pada Sidang Raya ini. Kita akan membicarakan karunia yang sudah diberikan Allah, begitu juga karunia yang sudah diberikan kepada Sumba dengan keindahan alamnya,” ujarnya.
Ketua Umum PGI juga menyampaikan tantangan radikalisme yang kini terjadi di bangsa Indonesia. Sebab itu, dia mengajak gereja dan tokoh adat, terus menggelorakan semangat kebersamaan dan gotongroyong. Selain itu, pentingnya menjaga kearifan lokal yang telah diwariskan oleh para leluhur.
Pembukaan Sidang Raya XVII PGI ditandai dengan pemukulan gong oleh Yasonna H Laoly , didampingi oleh Gubernur dan Wakil Gubernur NTT, Bupati Sumba Barat, Wakil Bupati Sumba Barat, Bupati Sumba Tengah, Ketua Sinode GKS serta MPH-PGI. Usai pemukulan gong Yasonna menerima kuda putih yang diberikan oleh panitia.
Presiden RI Jokowi dalam sambutan tertulisnya yang dibacakan oleh Yasonna H Laoly mengatakan, era 4.0 ditandai dengan kemajuan tekonologi, menyebabkan kerasnya persaingan. Persaingan bukan lagi siapa yang terbesar atau terkecil, tetapi siapa yang tercepat.
Oleh sebab itu, gereja juga diminta ikut mempersiapkan diri, dengan menyiapkan generasi muda yang dapat memanfaatkan berbagai peluang di tengah persaingan tersebut.
“Sekarang segala sesuatu bisa dijangkau dengan hand phone, dan tinggal pencet. Nah, perubahan ini harus kita respon. Perlu ketrampilan yang mumpuni untuk menangkap peluang, dan semuanya itu harus dimulai dengan pendidikan. Pendidikan semakin penting. Pertanyaannya, sejauhmana gereja telah mempersiapkan jemaat, secara khusus generasi muda, yang unggul di masa depan,” katanya.(JR)