Perhelatan Pilkada Serentak 2018 mendorong berbagai pihak untuk memberikan perhatian sektoral secara khusus.
Demikian pula dengan sektor pertanian yang selama ini dianggap sudah sangat tertinggal. Masyarakat pemilih diajak untuk menelisik kriteria setiap pasangan calon, dan diutamakan yang pro kepada petani Indonesia.
Ketua Umum Serikat Rakyat Indonesia (Serindo) Jones Batara Manurung menyampaikan, berbagai daerah yang akan menggelar Pilkada Serentak 2018 ini adalah daerah-daerah yang masyarakatnya mengandalkan sektor pertanian sebagai mata pencahariannya.
“Contoh, Sumatera Utara memiliki potensi sektor pertanian yang tinggi sebagai sektor yang dapat diandalkan sebagai motor penggerak pembangunan Sumatera Utara. Pertumbuhan sektor pertanian yang tinggi akan berdampak signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi Sumatera Utara dan berbanding lurus dengan peningkatan pendapatan rakyat Sumatera Utara,” tutur Jones Batara, di Jakarta, Selasa (30/01/2018).
Dia melanjutkan, secara khusus potensi sektor pertanian tersebut harus dapat dikelola untuk dapat meningkatkan kesejahteraan petani. Untuk itu, katanya, dibutuhkan pemimpin daerah yang memiliki visi yang kuat dan memiliki komitmen yang tinggi untuk membangun sektor pertanian.
“Dan terlebih, mampu melindungi petani dari berbagai permasalahan yang dihadapi, bukan menjadi bagian dari pelaku tindak kekerasan atau pelanggar HAM petani,” ujarnya.
Dia menjelaskan, selain penguasaan permasalahan daerah, hal penting lain yang harus diperhatikan rakyat terkait para calon kepala daerah adalah sikap dan perilaku dari setiap calon. Setidaknya, kata Jones, ada beberapa hal yang layak dijadikan acuan kepemimpinan bagi rakyat dalam memilih dan menentukan pemimpin daerahnya pada pilkada serentak kali ini.
Pertama, Visioner, Calon Kepala Daerah seperti yang pernah dilakukan oleh Presiden Jokowi melemparkan pandangannya ketengah-tengah rakyat dalam pilihan kata yang mudah diterima rakyat. Kata Nawacita menjadi kata kunci yang disampaikan oleh Jokowi pada saat mencalonkan diri dan selalu diingat rakyat karena memang mudah untuk diingat.
“Visi tersebut dapat diterima oleh rakyat karena menjadi bagian perasaan dan kebutuhan rakyat. Visi tersebut sekaligus juga menjadi arah yang akan dituju bersama,” ujarnya.
Kedua, teguh dalam pendirian. Keteguhan ini dapat dilihat dari kesesuaian perkataan dan tindakan dan kesesuaian janji (visi misi) dengan realisasi yang sudah dan tengah dikerjakan.
“Tentunya bukan tanpa hambatan, tantangan maupun kegagalan, namun yang pasti janji itu berupaya direalisasikan,” kata Jones.
Ketiga, kerja progresif. Etos kerja yang progresif akan mampu menjadi penanda dan pembeda keberhasilan dari kepemimpinan sebelumnya. Keempat, anti Kolusi, Korupsi dan Nepotisme (KKN). Kelima, kesederhanaan.
Menurut Jones, di Pilkada serentak ini, Indonesia membutuhkan pemimpin daerah yang memiliki kapasitas dan integritas dalam memecahkan permasalahan sesuai konteks daerah masing-masing.
“Hal ini dapat dilihat dari rekam jejaknya sebelum mencalonkan diri hingga saat ini, bukan dari latar belakang suku, agama, ras, golongan, dan almamaternya,” ujarnya.
Dia berharap, out put Pilkada Serentak kali ini akan menghasilkan Kepala Daerah yang mampu mengelola sumberdaya daerah untuk mensejahterakan rakyat sebagai wujud martabat demokrasi yang sesungguhnya.(JR)