Pemerintah Autralia pada Jumat (14/1/2022) mengatakan akan menahan Novak Djokovic akhir pekan ini setelah kembali mencabut visanya.
Jelang turnamen Australia Terbuka yang dimulai pada Senin (17/1/2022), pemegang gelar sembilan kali itu mendengar dalam sidang darurat bahwa ia akan berada di tahanan imigrasi mulai Sabtu pagi (15/1/2022).
Tawaran Novak Djokovic untuk menghindari deportasi akan didengar oleh Pengadilan Federal Australia pada Sabtu pukul 10.15 waktu setempat.
Pemerintah Australia setuju untuk tidak mendeportasi petenis Serbia berusia 34 tahun itu sampai sidang selesai, kata pengacara Stephen Lloyd pada sesi darurat larut malam di pengadilan sirkuit federal, seperti dilansir AFP.
Namun, Djokovic diperkirakan bakal mendatangi kantor-kantor Pemerintah pada Sabtu pukul 8.00 pagi untuk ditempatkan dalam tahanan.
Dia akan diijinkan keluar dari tahanan untuk mengikuti sidang pengadilan online di kantor pengacaranya, tetapi harus di bawah pengawasan petugas Pasukan Perbatasan Australia, kata pengacara itu.
Tidak diketahui apakah Novak Djokovic akan tetap tinggal dan memperjuangkan kasus ini jika dia yakin tidak mampu bertanding di Australia Terbuka.
Pemerintah konservatif Australia, yang awalnya kalah di pengadilan, meminta kekuatan eksekutif luar biasa untuk mencabut visanya lagi, kali ini dengan alasan kepentingan umum.
Pengacara pemain tersebut, Nick Wood, mengatakan bahwa Pemerintah berargumen kehadiran Djokovic akan membangkitkan sentimen anti-vaksin di Australia, yang memerangi lonjakan kasus Covid-19 oleh varian Omicron.
Novak Djokovic, yang mengaku skeptis terhadap vaksin Covid-19, adalah unggulan teratas Australia Terbuka dan sudah berlatih di lapangan Melbourne Park, beberapa jam sebelum keputusan mengejutkan Menteri Imigrasi Alex Hawke diumumkan.
Novak Djokovic disebut dapat menghadapi hukuman satu tahun penjara dalam skenario terburuk, jika pasukan perbatasan Australia menemukan bahwa dia memberi pernyataan palsu pada formulir imigrasi yang diserahkannya sebagai bagian dari syarat masuk ke negara itu.
Pada Rabu (12/1/2022), petenis nomor satu dunia putra itu mengakui bahwa ia menyerahkan informasi yang tidak akurat dalam formulir pernyataan perjalanan, yang katanya diisi oleh agennya atas namanya sebelum memasuki Australia.
Atlet asal Serbia itu mengonfirmasi dalam formulir imigrasi bahwa dia tidak melakukan perjalanan atau tidak akan melakukan perjalanan dalam 14 hari, sebelum penerbangannya ke Australia pada 4 Januari 2022.
Tapi berdasarkan unggahan media sosial yang muncul sejak itu, dia terdeteksi berada di Beograd pada 25 Desember dan kemudian di Spanyol selatan pada 31 Desember 2021.
“Agen saya dengan tulus meminta maaf atas kesalahan administratif dalam mencentang kotak yang salah tentang perjalanan saya sebelumnya sebelum datang ke Australia,” katanya dalam sebuah pernyataan yang diunggah ke Instagram.
“Ini adalah kesalahan manusia dan tentu saja tidak disengaja. Kita hidup di masa yang penuh tantangan dalam pandemi global dan terkadang kesalahan ini bisa terjadi,” ujarnya.
Pada formulir yang diisi Djokovic sebelum penerbangannya ke Melbourne, terdapat pernyataan yang memperingatkan orang-orang, bahwa memberikan informasi palsu dapat diancam hukuman maksimal satu tahun penjara.
“Memberikan informasi palsu atau menyesatkan kepada Pemerintah Australia adalah pelanggaran serius. Jika terbukti bersalah, hukuman maksimalnya adalah penjara selama 12 bulan,” demikian dituliskan situs web deklarasi perjalanan Pemerintah Australia.
Insider mewartakan bahwa investigasi oleh Pasukan Perbatasan Australia, mengenai apakah Djokovic menyesatkan pihak berwenang tentang pergerakannya sebelum dia terbang ke Australia, sedang berlangsung.
Meskipun tampaknya tidak mungkin Djokovic benar-benar menghadapi hukuman penjara, itu tetap menjadi pilihan.
Namun, kemungkinan besar visanya akan dibatalkan untuk kedua kalinya dan dideportasi dari Australia.
Alex Hawke, Menteri Layanan Imigrasi dan Migran Australia, dapat membatalkan visa Djokovic untuk kedua kalinya jika dia dinyatakan bersalah.
Hawke telah mempertimbangkan keputusan tersebut sejak visa Djokovic dipulihkan pada Senin (10/1/2022). Seorang juru bicara mengatakan pada Rabu (13/1/2022) bahwa ia masih membutuhkan lebih banyak waktu.
“Pengacara Tuan Djokovic baru-baru ini memberikan pengajuan lebih lanjut dan dokumentasi pendukung yang dikatakan relevan dengan kemungkinan pembatalan visa Tuan Djokovic,” ujar juru bicara itu, kepada News.com.au. “Tentu, ini akan mempengaruhi kerangka waktu untuk pengambilan keputusan,” ujarnya.
Selain mengakui bahwa dia telah memberikan informasi palsu pada formulir pernyataan perjalanannya, Djokovic juga mengakui pada Rabu (12/1/2022) bahwa dia telah menghadiri acara media di Beograd pada 18 Desember, hanya dua hari setelah dinyatakan positif Covid-19.
“Saya merasa berkewajiban untuk melanjutkan dan melakukan wawancara L’Equipe, karena saya tidak ingin mengecewakan wartawan. Tetapi memastikan saya menjaga jarak dan mengenakan masker kecuali ketika foto saya diambil,” katanya dalam pernyataan di Instagram-nya.
Dia mengaku pulang ke rumah setelah wawancara untuk mengisolasi untuk periode yang diperlukan. Namun setelah berefleksi, dia pun menyadari telah salah mengambil keputusan itu.
“Saya mengaku (salah) bahwa saya seharusnya menjadwal ulang komitmen (wawancara) ini,” ujarnya.
Perdana Menteri Serbia, Ana Brnabic, mengomentari tindakan pemain berusia 34 tahun itu bulan lalu dalam sebuah wawancara dengan BBC pada Selasa (11/1/2022), tepat sebelum pernyataan Djokovic.
“Ada beberapa standar yang harus dipenuhi, dalam hal ini menurut saya kalau dia mengetahui (tes positif Covid) maka itu jelas melanggar aturan,” katanya.
Ditanya tentang sanksi potensial untuk bintang tenis, dia berkata, “Saya harus melihat dengan otoritas terkait dan orang-orang medis yang bertanggung jawab untuk menerapkan peraturan ini,”
Menurut Pasal 248 KUHP Republik Serbia, “Kegagalan untuk mematuhi langkah-langkah kesehatan selama epidemi penyakit menular berbahaya, yang dirancang untuk menekan atau mencegah penyakit”, terancam hukuman maksimum tiga tahun penjara.
Bintang tenis Rafael Nadal mengatakan bahwa setiap keputusan memiliki konsekuensi.
Ini jadi tanggapan terkait dengan kasus visa rivalnya, Novak Djokovic. Dalam sebuah wawancara dengan CNN Sabtu (15/1/2022), pria berusia 35 tahun, yang berada di Melbourne menjelang Australia Terbuka minggu depan, tampaknya mengungkapkan rasa frustrasinya terkait kisah visa bolak-balik Novak Djokovic.
Hal ini disebutnya telah membayangi turnamen. Nadal bahkan menggambarkannya sebagai ‘sirkus.’
Djokovic ditahan oleh otoritas perbatasan Australia pada Sabtu pagi, sesuai dengan pengaturan yang diperintahkan pengadilan yang diputuskan sehari sebelumnya.
Ini terjadi setelah visanya dicabut untuk kedua kalinya oleh menteri imigrasi Australia, Alex Hawke.
Petenis nomor satu dunia itu sekarang menghabiskan malamnya di tahanan pra-imigrasi, sebelum menghadapi sidang Pengadilan Federal. Itu jadi upaya terakhir untuk membatalkan keputusan itu.
Menteri Imigrasi Hawke mengatakan kehadiran Djokovic di Australia dapat menyebabkan “peningkatan sentimen anti-vaksinasi” atau bahkan “kerusuhan sipil”.
“Saya hanya seorang pemain yang melihat sirkus dari luar. Tapi, seperti yang saya katakan, saya sedikit lelah dengan masalah ini,” ujar Rafael Nadal, kepada CNN.
“Saya pikir itu terlalu jauh. Saya berharap yang terbaik untuk Novak. Saya hanya ingin bermain tenis,” tambahnya.
Ketika ditanya tentang dampak skeptisisme vaksin Djokovic pada masyarakat yang memandang pemain nomor satu dunia itu sebagai panutan, Nadal juga mengatakan tanggapannya.
Meski dia menghormati pesaingnya, dia menyebut orang-orang yang berada di posisi yang bisa menciptakan atau berdampak pada orang lain harus bertanggung jawab.
“Saya menghormatinya sebagai pribadi. Tentu saja, sebagai seorang atlet. Meski saya tidak setuju dengan cara berpikirnya tentang bagaimana menghadapi pandemi ini,” kata Nadal.
“Saya sangat percaya pada vaksinasi, dan ketika Anda membuat keputusan, maka ada beberapa konsekuensi. Kami melakukan banyak hal bersama. Saya memikirkan hal-hal positif untuk olahraga kami dan saya berharap dia baik-baik saja,” kata Nadal.
Rafael Nadal, yang bersama Djokovic dan Roger Federer kini telah memegang rekor 20 gelar Grand Slam.
Meski mendoakan yang terbaik untuk Djokovic, ia tetap ingin mengetahui detail tentang kasus tersebut lebih banyak.
“Dari sudut pandang saya, ada banyak pertanyaan yang perlu dijawab. Akan baik jika semuanya segera diklarifikasi, bukan? Saya sangat menghormatinya (Djokovic), bahkan jika saya tidak setuju dengan banyak hal yang dia lakukan beberapa minggu terakhir,” terangnya.
Setelah visanya dibatalkan untuk kedua kalinya pada hari Jumat kemarin, Djokovic akan menggugat kembali keputusan otoritas imigrasi di pengadilan pada Minggu, 16 Januari 2022.
Keputusan untuk menolak vaksinasi memicu kemarahan publik di Australia. Upaya pemerintah untuk mendeportasi Djokovic juga dikabarkan mendapat dukungan luas.
Namun, unggulan ketiga Australia Open, Alexander Zverev, Djokovic telah diperlakukan tidak adil. Ia bahkan menuding bahwa petenis berusia 34 tahun itu telah menjadi alat politik pemerintah Australia.
“Saya tidak berpikir dia akan bepergian ke sini hanya karena keberuntungan, tanpa dia berpikir dia akan bisa bermain,” ujarnya.
Petenis asal Jerman itu meneruskan, “Jika Anda memiliki visa, Anda akan berpikir Anda akan bermain. Saya pikir Novak adalah nama besar, bintang tenis global. Pemerintah Australia dan pemerintah Victoria seharusnya sudah jelas tentang apa yang akan terjadi sebelumnya. Saya pikir sangat tidak adil bagi seseorang untuk datang ke sini dan tidak bisa bermain.”
Unggulan keempat Stefanos Tsitsipas mengatakan situasi itu telah mengalihkan perhatiannya dari tenis.
“Saya tidak akan berbohong. Sudah cukup banyak di setiap outlet berita beberapa minggu terakhir. Tidak banyak yang dibicarakan tentang tenis dalam beberapa pekan terakhir dan itu memalukan,” kata petenis asal Yunani tersebut.
Juara bertahan Australia Open, Naomi Osaka, juga berempati dengan kesulitan Djokovic.
“Saya pikir ini situasi yang tidak menguntungkan. Dia pemain hebat dan agak menyedihkan bahwa beberapa orang mungkin mengingatnya dengan cara ini,” kata petenis unggulan ke-13 asal Jepang itu.
“Saya tahu bagaimana rasanya berada dalam situasinya di tempat seperti itu. Hanya melihat komentar dari pemain lain, itu bukan hal terbaik. Kami hanya berusaha untuk tetap positif,” ujar Naomi Osaka soal insiden yang menimpa Novak Djokovic di Australia Open itu.
Pemerintah Australia kembali membatalkan visa Noval Djokovic dengan alasan dapat menimbulkan risiko bagi masyarakat.
Namun, pengacara Djokovic, Nicholas Wood, menilai alasan keputusan tersebut tidak masuk akal.
Alih-alih menimbulkan ancaman kesehatan karena sikap petenis asal Serbia itu terhadap vaksinasi Covid-19, menurut Wood, pemerintah Australia menilai kehadiran Djokovic memicu sentimen antivaksinasi di Negara tersebut.
Wood pun telah mengajukan banding kembali ke pengadilan pada Jumat malam, 14 Januari 2022.
“Keputusan Menteri Imigrasi Alex Hawke benar-benar tidak rasional,” kata Nicholas Wood kepada Pengadilan Federal Australia seperti dilansir Reuters.
Dalam gugatannya itu, Wood meminta pengadilan membatalkan pencabutan visa Djokovic untuk kedua kalinya.
Pengacaranya mendesak agar kasus tersebut disidangkan pada Ahad, 16 Januari 2022. Jika berhasil mendapat ijin untuk tinggal, Djokovic masih bisa bersaing di ajang Autralia Open 2022, yang dimulai pada hari Senin besok. Ia juga berpeluang untuk memenangkan grand slam ke-21 dalam kariernya.
Sementara itu, pengadilan mengatakan bahwa Djokovic akan ditahan mulai pukul 08.00 pada Sabtu, 15 Januari 2022.
Ia akan mendapatkan ijin untuk menghadiri kantor pengacaranya di bawah penjagaan untuk mempersiapkan kasus dan menghadiri sidang di pengadilan pada Ahad besok.
Djokovic juga ditahan selama beberapa hari setelah tiba di Australia. Ia dibebaskan pada Senin lalu ketika pengadilan yang sama membatalkan keputusan pencabutan visanya dengan alasan bahwa Pasukan Perbatasan Australia telah memperlakukannya secara tidak adil.
Kala itu, petugas imigrasi membatalkan visanya dengan alasan dia tidak memiliki cukup bukti untuk mendukung pengecualian medis dari persyaratan vaksinasi Covid-19 Australia untuk pelancong yang datang ke Australia.
“Namun keputusan menteri imigrasi pada hari Jumat untuk membatalkan visanya lagi didasarkan pada alasan yang sama sekali berbeda,” kata Wood.
“Alasan baru yang mendasarinya bukanlah risiko langsung bagi orang lain. Itu karena Djokovic berada di Australia, khususnya di Melbourne, dengan berada di sini akan membangkitkan sentimen anti-vaksin, pendekatan yang sangat berbeda,” terang Wood.
Adapun Hakim Anthony Kelly mengatakan bahwa pemerintah telah setuju untuk tidak mendeportasi Novak Djokovic sampai kasusnya selesai.
Kelly, yang membatalkan pembatalan visa pertama, telah setuju untuk memindahkan kasus ini ke Pengadilan Federal.***