Pembangunan di Kabupaten Toba Samosir (Tobasa) belum berpihak kepada kesejahteraan masyarakat. Buktinya, produksi pertanian di Kabupaten Tobasa sudah tidak membanggakan.
Bahkan, Kawasan Toba Holbung yang dulu sangat dikenal sebagai lumbung produksi ikan emas atau ikan mas sudah tak berkutik lagi. Kini, kawasan Tobasa malah dibanjiri oleh ikan mas dan produk-produk pertanian dari luar Tobasa.
Hal itu ditegaskan Ketua Kelompok Tani Pastiamma Sejahtera sekaligus Pembina Media Sinar Keadilan Biro Tobasa, Benget Manurung, Manurung usai bertemu dengan Kepala Kepolisian Resort Toba Samosir (Kapolres Tobasa) AKBP Agus Waluyo, di kantor Polres Tobasa, Senin (06/01/2020).
Persoalan redupnya sektor pertanian, perikanan darat, khususnya budidaya ikan emas, juga semakin mempersulit peningkatan kesejahteraan masyarakat Tobasa, yang mayoritas adalah petani dan pembudidaya ikan emas, serta ternak.
“Padahal, selama ini, secara turun temurun, Toba Holbung di Tobasa merupakan salah satu lumbung padi terbesar di Sumatera Utara. Toba Holbung juga selama ini dikenal sebagai penghasil ikan emas terbaik, bahkan sempat ekspor ke luar Tobasa dan luar negeri secara besar-besaran. Lihatlah, kini semuanya redup. Mundur. Malah ikan emas didatangkan dari luar Tobasa,” beber Benget Manurung.
Kapolres Tobasa, AKBP Agus Waluyo mengajak seluruh elemen masyarakat di Kabupaten Toba Samosir (Tobasa) untuk meningkatkan kesadaran pembangunan masyarakat dan juga wilayah-wilayah agar mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat di Kabupaten Tobasa.
Agus Waluyo mengatakan, Kabupaten Tobasa termasuk wilayah Super Prioritas. Sudah empat kali Presiden Joko Widodo berkunjung ke Kabupaten Tobasa. Karena itu, upaya menciptakan Tobasa yang aman, tertib, aman dan damai, merupakan salah satu prioritas Polres Tobasa.
Hal itu ditegaskan Kapolres Tobasa AKBP Agus Waluyo saat menerima utusan Kelompok Tani dari Kelompok Tani Pastiamma Sejahtera Porsea, Tobasa, bersama Media Pers Sinar Keadilan, yang terdiri dari Ketua Kelompok Tani Pastiamma Sejahtera sekaligus Pembina Media Sinar Keadilan Biro Tobasa, Benget Manurung, Anggota Daulat Ambarita, Jimmi Inal Richardo Siregar, Chandra Manurung, Sampe Martohonan Sitorus, Andi Manurung di ruangan kerja Kapolres Tobasa, Senin (06/01/2020).
“Tobasa menjadi salah satu wilayah yang disebut sebagai Super Prioritas. Sebanyak 4 kali Presiden Joko Widodo sudah berkunjung ke wilayah Tobasa. Kita harus menjaga Tobasa tetap sejuk, damai, tentram dan sejahtera,” tutur AKBP Agus Waluyo.
Kapolres mengakui, ada sejumlah perkara atau persoalan yang marak terjadi di wilayah Hukum Kabupaten Tobasa. Seperti sengketa rebutan kepemilikan tanah dan lahan, judi online, toto gelap (togel), kejahatan narkotika dan tindak pidana lainnya.
Memang, marak beragai persoalan, seperti sengketa lahan dan tanah itu, namun kami di Kepolisian terus memroses sesuai hukum,” tutur AKBP Agus Waluyo.
Dia juga mengakui, ada peningkatan yang signifikan dalam urusan jual beli tanah dan lahan di wilayah Tobasa. Hal itu juga bisa berimbas pada terjadinya sengketa di masyarakat. Dan hal itulah yang perlu diantisipasi bersama oleh Polisi, aparat penegak hukum dan masyarakat.
“Kalau dulu, harga tanah pun dikasih Rp 10 ribu tidak ada yang mau beli. Sekarang tanah sudah sangat berharga dan sangat bernilai di Tobasa. Per meter saja, sudah melonjak harganya hingga 300 persen. Semeter saja sudah dihargai Rp 400 ribu sampai Rp 500 ribu. Sudah sama seperti di tempat kelahiran saya di Pulau Jawa sana,” ungkapnya.
Agus Waluyo juga mengakui, dari Kawasan Tobasa, banyak para petinggi Republik Indonesia ini terlahir, banyak jenderal, pejabat, orang-orang berpendidikan dan sekolah tinggi.
Karena itulah, pendekatan yang dilakukan aparat kepolisian juga menerapkan pendekatan persuasif dalam penyelesaian berbagai sengketa dan persoalan yang terjadi di masyarakat Tobasa.
“Misalnya, kami sedang mendorong kembali dihidupkannya Pangulu dan strukturnya di setiap desa dan dusun di Tobasa. Mirip seperti di Bali, ada pecalang. Pendekatan kultur yang tidak bertentangan dengan hukum yang berlaku sangat efektif dalam penyelesaian berbagai persoalan di Tobasa. Apalai, struktur masyarakat Toba ini adalah saling kekelurgaan, ada ikatan kekerabatan yang sangat solid,” ungkapnya.
Seperti dalam penyelesaian sejumlah sengketa tanah atau lahan, lanjut AKBP Agus Waluyo, pihaknya mendorong Pangulu atau Kepala Desa, untuk menyelesaikannya terlebih dahulu di tingkat warga.
“Banyak persoalan yang bisa diselesaikan di tingkat bawah, dengan pendekatan-pendekatan hukum yang berlaku secara persuasif,” ujar Agus Waluyo.
Menanggapi persoalan penyakit sosial dan masyarakat, seperti maraknya perjudian, misal judi toto gelap (togel) online dan juga kejahatan narkotika, Polres Tobasa tidak akan mentolerir.
“Pasti kami akan proses. Akan kami tindaklanjuti. Kami tidak akan mundur. Tidak ada kata lembek bagi kejahatan seperti itu,” tutur pria yang pernah 8 tahun bertugas di Mabes Polri, Jakarta itu.
Agus Waluyo juga menyampaikan, dalam rangka peningkatan kesadaran hukum demi peningkatan kesejahteraan masyarakat Tobasa, pihak Polres Tobasa diwajibkan untuk melakukan pengawalan dan penyuluhan kepada masyarakat.
“Termasuk pendampingan dalam pengembangan pertanian, pengembangan perikanan dan juga tanaman produksi yang berguna bagi masyarakat dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Saya sudah instruksikan kepada setiap Polsek untuk wajib mendampingi masyarakat petani dalam menghadapi persoalan-persoalan yang dihadapi petani,” tutur Agus Waluyo.
Dia juga melakukan percontohan pengembangan bibit tanaman dan ikan, seperti lele di Kantor Polres Tobasa, sebagai wujud keseriusan Polisi bersama-sama warga masyarakat Tobasa menciptakan ketertiban dan keamanan dan kenyamanan dalam mengembangkan potensi perekonomian masyarakat Tobasa.
“Jadi, kami tidak hanya bicara. Tak perlu banyak bicara di Tobasa ini. Semua masyarakatnya pintar-pintar dan pandai bicara kok. Yang perlu kita lakukan adalah menunjukkan dan bekerja untuk meningkatkan keamanan dan pendekatan riil demi kesejahteraan bersama masyarakat Tobasa,” pungkas AKBP Agus Waluyo.(JR)