Pengikut Yesus Kristus Tidak Diikat Agama, Karena Semua Manusia Adalah Umat-NYA, Hentikan, Ritualisme Kedurjanaan!

Pengikut Yesus Kristus Tidak Diikat Agama, Karena Semua Manusia Adalah Umat-NYA, Hentikan, Ritualisme Kedurjanaan!

- in DAERAH, HUKUM, NASIONAL
780
0
Teolog Kristen, Dosen STT HKBP Nomensen Pematangsiantar, Pendeta Saut Hamonangan Sirait: Pengikut Yesus Kristus Tidak Diikat Agama, Karena Semua Manusia Adalah Umat-NYA, Hentikan, Ritualisme Kedurjanaan! Foto: Pdt Saut Hamonangan Sirait (Paling Kanan, pakai jas hitam tangan dilipat ke belakang) bersama koleganya. (Istimewa)Teolog Kristen, Dosen STT HKBP Nomensen Pematangsiantar, Pendeta Saut Hamonangan Sirait: Pengikut Yesus Kristus Tidak Diikat Agama, Karena Semua Manusia Adalah Umat-NYA, Hentikan, Ritualisme Kedurjanaan! Foto: Pdt Saut Hamonangan Sirait (Paling Kanan, pakai jas hitam tangan dilipat ke belakang) bersama koleganya. (Istimewa)

Ini sebuah persfektif tata cara peradilan yang pernah dilakukan. Dan terdakwanya adalah Yesus. Yang pada Hari Jumat Agung oleh sebagian besar Umat Kristen di seluruh penjuru dunia memperingati hukuman mati yang dialami Yesus, dengan proses penyaliban yang dialami-NYA di Bukit Golgota, daerah Israel di masa itu.

Pendeta Saut Hamonangan Sirait, teolog yang mencoba merefleksikan persidangan hingga penjatuhan hukuman mati, penyaliban kepada Yesus itu.

Pria yang menjadi Dosen di Sekolah Tinggi Teologia Huria Kristen Batak Protestan Nomensen Pematangsiantar (STT HKBP Nomensen Siantar) ini menjabarkan peristiwa dari persfektif peradilan.

Proses yang dialami Yesus hingga penyaliban itu disebutnya dengan Ritualisme Kedurjanaan. Mantan Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat Partisipasi Kristen Indonesia (DPP Parkindo) ini, memulainya dari pokok aduan.

Pokok aduan para imam adalah penistaan agama. Pokok aduan yang ditimpakan kepada Yesus yakni pernyataan Yesus sebagai Anak Allah dan penghancuran Bait Suci.

Diperlukan 6 kali sidang pemeriksaan dalam 2 tatanan hukum yang berlaku waktu itu. Hanas, yaitu mantan imam besar, yang pertama kali melakukan pemeriksaan di persidangan. Kekerasan sudah terjadi. Yesus ditampar penjaga, dan tangannya sudah digari.

Merasa legitimasinya kurang kuat, Hanas melakukan naik banding. Dengan menyerahkan Yesus kepada Imam Besar defenitif, yaitu Kayafas. Kayafas adalah juga menantunya Hanas.

Meski saksi palsu sudah dikerahkan, Kayafas juga merasa belum yakin akan kekuatannya. Kayafas pun melakukan upaya kasasi. Dengan menyerahkan Yesus kepada institusi para imam yang dinamakan Sanhedrin.

Sanhedrin adalah lembaga tertinggi yang memutus fatwa dalam tatanan hukum agama Yahudi. Hasilnya, tidak diperlukan saksi. Karena Yesus sebagai tersangka sudah mengakuinya. Dan fatwa dikeluarkan. Hukuman mati bagi Yesus.

Berhubung Pengadilan Agama Yahudi tidak memiliki kewenangan memutus hukuman mati, para imam mengadukan Yesus kepada Otoritas Kerajaan Romawi. Saat itu, Pontius Pilatus adalah Prefek alias Gubernur di Yudea. Pontius Pilatus pun melakukan pemeriksaan pertama.

Hasilnya, tidak ditemukan kesalahan pada orang ini (Yesus-Red). Para imam mengamuk dan menekan. Pilatus menemukan jalan mengelak. Karena Yesus warga Galilea, maka Prefek Galilea yang semestinya mengadili, semacam locus delicti.

Herodes adalah Prefek Galilea, Herodes melakukan pemeriksaan. Hasilnya, nebis in idem. Herodes mengembalikan Yesus kepada Pilatus.

Kemarahan dan tekanan para imam semakin memuncak. Dan akhirnya Pilatus membawa ke Gabata. Gabata adalah pengadilan (dalam bahasa Yunani disebut litotrotos). Gabata ini dapat dikatakan setingkat dengan proses pelaksanaan kasasi.

Pilatus membacakan hasil, tidak ditemukan kesalahan pada orang ini (Yesus-Red). Pilatus menyatakan Yesus bebas murni.

Putusan itu jelas tidak dapat diterima para imam. Secara institusional Sanhedrin telah memutus Yesus bersalah dengan sanksi hukuman mati. Gabata memutus lain, yang menganulir putusan Sanhedrin.

Pilatus masih mencoba win-win solution. Yesus dihajar kemudian dibebaskan. Dasar hukum Pilatus jelas, pada tiap Perayaan Paskah Yahudi, seorang tahanan dibebaskan, sebagai simbol makna pembebasan orang Yahudi dari Mesir.

Namun para imam sudah ngotot,  to be or not to be, Yesus harus mati. Barnabas, seorang pemberontak dan pembunuh, bernasib baik. Oleh keadaan, dia yang dipilih untuk bebas. Yesus tidak dibebaskan, tetapi diserahkan Pilatus kepada para imam untuk diperlakukan semau-maunya (sumber: Mat. 26: 54-66; Mark.14:57-64; Luk. 22: 66-71, 23:1-25; Yoh. 18:13-24).

Pdt Saut Hamonangan Sirait, yang semasa kuliah di Sekolah Tinggi Teologia Jakarta (STT Jakarta) pernah menjadi Ketua Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia Cabang Jakarta (GMKI Cabang Jakarta) ini menuturkan, sesungguhnya, pokok aduan penghancuran bait suci, bukan pernyataan berupa rencana dan tindakan Yesus.

Itu adalah nubuatan yang berangkat dari spiritual vision yang disampaikan Yesus. Realitas yang terjadi pada bait suci yang dikelola dan dikuasai para imam itu sendiri yang akan menghancurkannya.

“Yesus justru hendak memperingatkan supaya kehancuran itu tidak terjadi. Namun, para imam, penguasa bait suci, bukan hanya terganggu, tetapi merasa seluruh kepentingan, hak-hak privilese, wibawa dan pendapatan ekonomisnya akan hancur dengan nubuatan dan seruan-seruan Yesus untuk perbaikan, perubahan dan pertobatan,” tutur Pdt Saut Hamonangan Sirait.

Para imam telah mengenyam kenikmatan hidup yang begitu mewah dengan penguasaannya atas bait suci. Ritual yang semula dan pada dasarnya ditujukan untuk kehidupan manusia telah diubah menjadi kehidupan untuk ritual.

Bermula dari ritual kelahiran, perkawinan dan kematian, dikembangkan menjadi ratusan lebih jenis ritual lainnya. Dan, semuanya mensyaratkan biaya yang membebani umat.

Bahkan, lanjut Pdt Saut Hamonangan Sirait yang pernah menjadi Ketua DPP Gerakan Angkatan Muda Kristen Indonesia (DPP GAMKI) ini,  para imam kemudian menciptakan juga ritual yang high cost, untuk kesehatan dan peruntungan.

Bait Suci yang semula menjadi sentra-sentra bagi pemuliaan Allah, tempat-tempat memperoleh sumber dan Air Kehidupan dari Allah, berubah menjadi pusat-pusat kekuasaan para imam dengan jualan ritual,” tandas Pdt Saut Sirait.

Ditegaskan pria yang pernah menjadi Komisioner Badan Pengawas Pemilu Republik Indonesia (Bawaslu) ini, Ritualisme Kedurjanaan menjadi core business yang dilakukan para imam, keluarga dan kelompoknya.

Hal itulah yang dipandang Yesus yang akan menghancurkan bait suci. Ritual Kedurjanaan itu, pada akhirnya, pasti menyisihkan, bahkan membuang wibawa dan kehendak Allah dari bait suci itu sendiri.

“Nama Allah dicatut untuk transaksi-transaksi ritual. Allah sungguh dipenjarakan di dalam bait suci dengan semua bisnis ritual para imam,” ujar Pdt Saut Sirait.

Legitimasi spiritual pada imam yang dengan taat dan patuh dipenuhi umat, telah tiba pada kepalsuan-kepalsuan yang tidak bisa lagi diampuni.

Dalam realitas itulah sesungguhnya penghancuran bait suci terjadi. Yesus melakukan proses dan protes dengan aksi-aksi yang sangat genuine. Tanpa kekerasan, penuh dialog, memberi penjelasan, mengisi kehidupan dengan nilai-nilai keilahian pada manusia.

DIA tidak mengambil atau membangun bait suci, tetapi membuat seluruh ruang, sphere, pada seluruh tempat, waktu dan keadaan sebagai bait suci.

“Allah tidak bertahta pada tempat dan ruang bait suci itu, tetapi di seluruh tempat, di rumah kita, di kantor kita, di sawah, ladang dan di tempat kita berada,” tegas Pdt Saut Sirait.

Banyak yang mengikuti Yesus, tetapi Yesus tidak mengikat dan diikat pada satu lokasi, pada satu bait, meskipun dinamai suci. Berlaksa-laksa dan tiada terkira bait-bait Tuhan.

Semuanya Dia bebaskan dari kejahatan dan memampukan tiap orang untuk membuahkan kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan diri (Gal.5:22).

Pengikut Yesus tidak diikat agama, karena semua manusia adalah umat-NYA,” ujar Pdt Saut Sirait.

Pdt Saut Sirait menegaskan, Seluruh Alam Semesta adalah Bait Allah. Dunia ini! Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga diberikan-NYA Anak-NYA Yang Tunggal. (Yohannes 3: 16). “Ya, Dia yang tersalib itu, untuk dunia,” tutup Pdt Saut Hamonangan Sirait.(JR)

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

You may also like

Mengetuk Hati Lembaga Survei dan Memaknai Seruan Pemilu Damai

Mengetuk Hati Lembaga Survei dan Memaknai Seruan Pemilu