Pendidikan kesehatan bagi kaum perempuan, khususnya dalam hal penanganan kanker payudara, masih sangat minim.
Pemerintah diharapkan bisa bersinergi dengan berbagai stake holders untuk melakukan upaya pencegahan dan juga penindakan medis, maupun tindakan hukum yang diperlukan dalam menghadapi penyakit mematikan kanker payudara itu.
Dokter Spesialis Bedah Rumah Sakit Mitra Keluarga Kemayoran, Dr Alfiah Amiruddin, yang menjadi Ketua Panitia Event Pink October Charity menuturkan, pihaknya menyasar kaum perempuan di sejumlah penjara, untuk melakukan upaya mencegah dan juga menindak kanker payudara.
Berkenaan dengan Hari Kanker Payudara Sedunia, lanjut dia, Lembaga Pemasyarakatan Wanita Kelas II A Tangerang, menjadi salah satu lokasi yang disasar.
“Jadi, ada pun tujuan diadakan event charity Mitra Keluarga Kemayoran bekerjasama dengan Kementerian Hukum dan HAM adalah untuk memberikan edukasi kesehatan kepada para penghuni lapas Wanita IIA Tangerang. Itu kita lakukan agar peduli pada kesehatannya, terutama kesehatan kanker payudara,” tutur Dr Alfiah Amiruddin, dalam konperensi pers, di Ruang Auditorium Lantai 6, Rumah Sakit Mitra Keluarga Kemayoran, Jalan HBR Motik Kemayoran, Jakarta Pusat, Rabu (24/10/2018).
Alfiah Amiruddin melanjutkan, masih dalam momentum Bulan Kanker Payudara Sedunia di bulan Oktober ini, data yang dimiliki menunjukkan tingginya angka kematian akibat stadium lanjut kanker payudara.
Dia pun mengingatkan, kanker payudara masih menjadi penyebab pembunuh nomor satu. “Itu penyakit ganas pada perempuan Indonesia. Masih jadi pembunuh nomor satu. Ini juga masih menimbulkan masalah yang belum dapat terpecahkan,” tuturnya.
Berangkat dari kondisi itu, Alfiah mengatakan, pihaknya menggalang sejumlah stake holders melakukan kerjasama dengan berbagai organisasi seperti, Menteri Hukum dan HAM, Allianz, PPLIPI, LKG, Maharani Kirana Pertiwi, CISC, Pinl Schmerinc dan lainnya, untuk melakukan gerakan charity di lapas Wanita IIA Tangerang.
Acara di Lapas Wanita Kelas II A Tangerang itu akan dilaksanakan pada Sabtu, 27 Oktober 2018. “Kegiatan ini ditujukan khusu untuk para survivor, pasien, pemerhati kanker, serta keterlibatan para komunitas peduli kanker, maupun komunitas lainnya, seperti organisasi-organisasi dharmawanita, agar bersama-sama peduli dan memerangi kanker payudara,” pungkasnya.
Penasehat Dharma Wanita Persatuan Kementerian Hukum dan HAM, Wiwi Bambang Rantam menuturkan, bakti sosial di Lapas Wanita tidak hanya untuk kesehatan. Ada juga untuk keterampilan, seperti menjahit, bordir, juga kegiatan-kegiatan khusus perempuan.
“Makanya perlu juga dibantu untuk sediakan mesin jahit dan juga pendidikan keterampilan,” ujar Wiwi.
Dia mengakui, kondisi para perempuan di dalam Lapas mengalami keterbatasan berbagai hal. Untuk urusan kesehatan misalnya, ketersediaan obat-obatan dan petugas kesehatan seperti dokter sangat terbatas.
Saat ini, dari data yang dimilikinya, jumlah perempuan yang menghuni lapas-lapas di seluruh Indonesia mencapai 13.754 orang. Sebanyak 9365 orang sudah menjadi warga binaan, dan sebanyak 4389 orang masih berada di Rumah Tahanan (Rutan) alias belum selesai proses hukumnya.
Ruangan di Lapas masih sangat minim dan sempit. Dalam satu ruangan, bisa diisi puluhan orang. Rata-rata, lanjut Wiwi, jumlah warga binaan perempuan yang menghuni satu sel mencapai 47 orang, 27 orang da 17 orang. “Kalau ditemukan memiliki penyakit, biasanya ditempatkan di tempat khusus, tersendiri atau diisolasi,” tuturnya.
Sementara jenis penyakit yang diidap para perempuan yang menjadi warga binaan lebih banyak penyakit pernafasan. Karena ruangan sempit. Kemudian, penyakit pencernaan, penyakit gigi, diabetes dan ada juga HIV.(JR/Michael Nababan/Nando)