Direktur PT Conch International Trade Indonesia, Wang Haiqing menyampaikan, selain sebagai tanggung jawab melaksanakan Corporate Social Responsibility (CSR) kepada masyarakat setempat, PT Conch Cement Grup juga tunduk kepada visi misi Negeri Tirai Bambu yang disampaikan Presiden China Mr Xi Jin Ping, untuk melaksanakan strategi One Belt One Road atau Jalur Sutera.
Karena itulah, Pemerintah China melalui perusahaan-perusahaan China yang beroperasi di seluruh dunia, termasuk di Indonesia, seperti PT Conch Grup, menjalin kerja sama dengan Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah, termasuk melakukan rekrutmen tenaga kerja lokal untuk bekerja di pabrik-pabrik China, melalui program beasiswa dan belajar ke Nanjing Polytechnic Institute China.
Wang Haiqing menjelaskan, selama mulai beroperasi di Indonesia, PT Conch Cement Grup tidak memperoleh tenaga terdidik dalam bidang teknik sesuai kebutuhan pabrik mereka.
“Kami sudah menyusuri dan melakukan survei ke kampus-kampus yang ada di Indonesia. Lulusan-lulusannya tidak cocok dan tidak sesuai dengan kebutuhan PT Conch Cement Grup saat ini. Kebanyakan lulusannya di bidang manajemen, kedokteran, ilmu hukum, sosial. Dan itu tidak cocok dengan kebutuhan pabrik. Kami membutuhkan tenaga ahli dalam teknik untuk bekerja di pabrik. Karena kami bergerak di sektor teknik, angkat semen, bikin proyek dan lain-lain,” tutur Wang Haiqing.
.
Hal itu disampaikan Wang saat mengikuti penandatanganan kerja sama atau Memorandum of Understanding (MoU) antara PT Conch Cement Grup melalui Nanjing Polytechnic Institute dengan Pemerintah Daerah yakni Kabupaten Tabalong dan Kabupaten Manokwari, yang digelar di Kantor PT Conch International Trade Indonesia, The Suites Tower Lantai 19, Jalan Boulevard Pantai Indah Kapuk (PIK) Nomor 1, RT 007/RW 002, Kelurahan Kamal Muara, Kecamatan Penjaringan, Jakarta Utara, Sabtu (27/04/2019).
Permintaan Pemerintah Indonesia harus merekrut pekerja lokal, lanjut dia, menyulitkan PT Conch Grup mendapatkan tenaga kerja yang dibutuhkannya. Karena itulah, pihaknya melakukan kerjasama pendidikan dan beasiswa untuk belajar ke China, sehingga nantinya memiliki tenaga kerja lokal yang bisa dipakai sesuai standar PT Conch Cement Grup.
“Kesulitan akan kebutuhan tenaga kerja lokal inilah yang mendorong kami juga melakukan kerja sama ini. Dari sejumlah lokasi tempat beroperasinya PT Conch di Indonesia, Kepala Desa dari masyarakat lokal juga membutuhkan agar warganya bisa belajar Bahasa China dan memiliki kemampuan teknik standar yang dibutuhkan PT Conch,” ungkap Wang.
Nantinya, setelah melakukan proses rekrutmen, dan menyelesaikan pelajaran di China, para warga lokal yang dikirim ke Nanjing itu akan kembali ke Indonesia, bekerja di PT Conch Grup.
“Kerja sama ini sangat baik. Dan ini akan mempererat hubungan China dan Indonesia, serta menjaga investasi China di Indonesia, juga akan meningkatkan pendapatan masyarakat dan kesejahteraan masyarakat lokal dengan bekerja di pabrik-pabrik kami,” tutur Wang Haiqing.
Wakil Bupati Tabalong, Mawardi yang didampingi Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Tabalong, Akhmad Rizali Noor, beserta petinggi Dinas Pendidikan Kabupaten Tabalong Sutimbul menyampaikan, pihaknya setuju melakukan kerjasama itu.
“Jangan sampai overlapping program beasiswa ini. Jadi tahun 2019 ini, sebanyak 30 pelajar dari Tabalong akan kami rekrut untuk mengikuti pendidikan di Nanjing Polytechnic Institute China. Berikutnya, ke depan, mungkin akan naik mencapai 100 orang yang akan diberikan beasiswa dan berangkat ke Nanjing,” tutur Mawardi.
Saat ini, pola kerja sama yang tercipta dengan PT Conch, Pemerintah Kabupaten Tabalong hanya memfasilitasi rekrutmen dan juga membantu warga yang melanjutkan pendidikannya di Nanjing dengan mengurusi hal-hal teknis dan kebutuhan-kebutuhan kecil.
“Beasiswa sebesar 90 persen biaya ditanggung PT Conch. Kita hanya urus yang kecil-kecil saja. Seperti menyediakan lap top untuk alat belajar mereka disana,’ ujar Mawardi.
Dia berharap, ke depan, program beasiswa dan kerja sama pendidikan juga bisa dilakukan dari mulai pelajar Sekolah Dasar dan Sekolah Menengah Pertama (SMP).
“Bisa berupa pelatihan-pelatihan pendidikan, bantuan belajar siswa untuk tingkat SD dan SMP. Itu ke depannya,” ujarnya.
Jika tahap pertama ini sudah lancar, harap dia lagi, para pelajar Tabalong yang akan belajar ke China, hendaknya dibiayai full, 100 persen. “Ke depan, katanya akan full, seratus persen,” ujar Mawardi.
Sementara, Wakil Bupati Manokwari Edi Budoyo, baru bisa menjanjikan sebanyak 15 calon pelajar beasiswa yang akan dikirim ke Nanjing.
“Tahap awal ini kita rekrut 15 orang dulu di Manokwari,” ujar Edi.
Dia berjanji akan mengirimkan pelajar yang orang Manokwari asli. Jika pun tak mencukupi, Edi akan tetap mengutamakan pelajar Asli Papua untuk mendapatkan beasiswa terlebih dahulu.
“Kita berharap, kerja sama ini mampu meningkatkan kemampuan anak-anak Manokwari dan bekerja, mengurangi penangguran dan masalah-masalah sosial kemasyarakat lainnya,” ujarnya.
Selain beasiswa pelajar untuk kebutuhan PT Conch Grup, Edi Budoyo juga berharap, sekolah-sekolah tingkat dasar seperti SD dan SMP, juga dibantu dan ditingkatkan kerjasama dan beasiswanya di Manokwari.
Selain itu, Manokwari yang berada di Provinsi Papua Barat, juga memiliki Universitas Negeri yaitu Universitas Papua Barat (UNPA), yang merupakan pemekaran dari Universitas Cendrawasih (Uncen), untuk juga dikembangkan dan diberikan kerjasama beasiswa.
“Sehingga, anak-anak Manokwari juga bisa belajar dan mendapatkan beasiswa untuk belajar di UNPA. Ke depan, itu juga akan kami lakukan,” tutur Edi.
Mengenai pola pendidikan rekrutmen tenaga kerja lokal untuk PT Conch yang harus bisa berbahasa China, Edi Budoyo menyampaikan, pihaknya tidak terlalu mempermasalahkan.
Meskipun, di dalam ketentuan Undang Undang Ketenagakerjaan Indonesia, setiap perusahaan asing, termasuk PT Conch Grup, yang beroperasi di wilayah Indonesia, wajib merekrut pekerja lokal, dan pekerja wajib berbahasa Indonesia.
“Itu perlahan nanti kita wujudkan. Saat ini, Manokwari memang butuh pendidikan dan pekerjaan. Soal-soal Bahasa begitu, kita kasih toleransi saja dulu. Tak usah kita persoalkan ini sekarang. Nanti kalau sudah banyak yang terdidik dan terampil, akan pakai Bahasa Indonesia,” harapnya.
Deputy Secretary of Nanjing Polytechnic Institute China, Shen Guo Liang menyampaikan, setelah penandatanganan MoU ini, pada Bulan Mei 2019, pihaknya akan datang langsung untuk menyeleksi sebanyak 100 orang calon pelajar yang mendapatak beasiswa.
“Dan pada Bulan Juni 2019, akan kami lakukan wawancara dan menentukan kelulusan, untuk diberangkatkan ke Nanjing Polytechnic Institute China untuk belajar,” ujar Shen.
Pimpimpinan PT Conch Grup, Ke Qiubi menambahkan, perusahaannya membutuhkan tenaga-tenaga lokal yang memiliki kemampuan teknik berstandar internasional dengan mempergunakan Bahasa China.
“Jadi, nanti mereka para pelajar itu mesti bisa Bahasa China. Mereka setelah lulus dan akan bekerja di pabrik-pabrik kita pakai Bahasa Mandarin,” ujar Ke Qiubi.(JR)