Merata di Berbagai Pasar Tradisional, Bawang Putih Langka dan Harga Tinggi

Merata di Berbagai Pasar Tradisional, Bawang Putih Langka dan Harga Tinggi

- in DAERAH, EKBIS, NASIONAL
449
0
Merata di Berbagai Pasar Tradisional, Bawang Putih Langka dan Harga TinggiMerata di Berbagai Pasar Tradisional, Bawang Putih Langka dan Harga Tinggi

Jelang bulan puasa hingga saat ini, para pedagang di berbagai pasar tradisional di Indonesia mengeluhkan kelangkaan bawang putih. Sudah langka, jika pun ada, harganya sangat tinggi.

Di Pasar Tradisional Cilacap, hal itu dialami oleh Okta, salah seorang pedagang bumbu dapur di Pasar Karna Sidareja. Okta mengakui, kelangkaan bawang putih menyebabkan harganya pun terus naik. “Terutama memasuki bulan ramadan ini, pengunjung pasar membludak dengan kebutuhan bermacam-macam, namun bawang putih langka,” tuturnya.

Dia mengatakan, untuk memperoleh bawang putih, dirinya harus berebutan dengan sesama pedagang lainnya, sebab jumlah bawang putih sangat terbatas. Dia mengatakan, harga bawang putih kathing per kilogramnya Rp 55 ribu. Sedangkan harga bawang putih biasa Rp 45 ribu per kilogram.

“Sebelum naik seperti sekarang, bawang putih kathing itu masih Rp 40 ribu per kilo. Bawang putih biasa Rp 30 ribu per kilo,” ujarnya.

Agar memiliki sedikit untung, Okta menjualnya di pengecer menjadi Rp 60 ribu per kilogram untuk bawang putih kathing, dan Rp 50 ribu untuk bawang putih biasa.

Di Trenggalek, hal yang sama terjadi. Harga bawang putih di pasar tradisional Trenggalek mengalami kenaikan. Dari semula hanya Rp 45 ribu per kilogram melonjak hingga Rp 60 ribu per kilogram. Selain naik, pasokan barang dari distributor juga minim.

Siti, salah seorang pedagang sembako di Pasar Basah Trenggalek mengatakan, lonjakan harga bawang putih itu terjadi minggu-minggu ini. Padahal sebelumnya harga bawang putih sempat mengalami penurunan dari Rp 45 ribu per kilogram ke Rp 40 ribu per kilogram.

“Setelah turun dua hari langsung melonjak lagi hingga tembus Rp 60 ribu. Itupun kondisi barangnya sangat minim, bahkan selain itu kualitas barang lebih jelek dibanding sebelumnya,” ujar Siti.

Dikatakan Siti, barang yang diambil dari distributor di Pasar Ngemplak Tulungagung tersebut banyak yang busuk, sehingga keuntungan pedagang semakin menipis. “Nggak tahu apa penyebabnya, kok banyak yang busuk,” ujarnya.

Selain bawang putih, sejumlah kebutuhan lain yang ikut mengalami kenaikan adalah cabai merah besar dari semula Rp 22 ribu per kilogram kini Rp 36 ribu per kilogram, sedangkan untuk cabai rawit merah stabil pada kisaran Rp 20 ribu per kilogram, telur dijual pada kisaran Rp 24 ribu per kilogram.

“Kalau yang mengalami penurunan harga itu adalah bawang merah, sebelumnya sampai hampir Rp 40 ribu kini turun menjadi Rp 20 ribu hingga Rp 25 ribu per kilogram. Tergantung besar kecilnya barang,” terangnya.

Hal senada disampaikan Tuminah. Menurutnya kenaikan harga tersebut berdampak langsung terhadap volume penjualan. Rata-rata konsumen mulai mengurangi volume pembelian.

“Kalau yang beli tetap banyak karena sudah menjadi kebutuhan, hanya saja jumlahnya dikurangi,” ujar Tuminah.

Komoditas bawang putih juga mengalami kelangkaan di Pasar Raya Padang, Sumatera Barat. Sulitnya pasokan dan harga yang mahal membuat pedagang enggan untuk menyetok bawang putih. Di Blok II dan Blok III Pasar Raya Padang, sulit ditemukan kios yang menjual bawang putih.

Jelang ramadan, bawang putih juga menghilang di pasar-pasar tradisional di Bogor. Para pedagang pun terpaksa menjual bawang putih busuk dan mengering dengan harga Rp 60 per kilonya. Sedangkan, untuk kebutuhan pokok lainnya masih relatif normal.

“Kami terpaksa menjual bawang putih yang busuk dan keriput,” ungkap Ija, salah seorang pedagang di Pasar Ciawi, Minggu (05/05/2019).

Ija mengatakan, sehari jelang ramadan para pedagang bawang putih di pasar tradisional Ciawi sangat kesulitan untuk mendapatkan dengan kualitas yang bagus. Sedangkan, permintaan dari warga cukup banyak. Akibatnya, terpaksa menjual yang sudah busuk dan keriput.

“Kami tidak mengetahui penyebab bawang putih sulit ditemukan, yang berbeda dengan jelang puasa tahun lalu,” katanya.

Sedangkan di Pasar Kite Sungai Liat, Bangka Belitung, sejumlah pedagang mengeluh kehabisan stok bawang putih untuk memenuhi kebutuhan pembeli walau saat ini harganya mencapai Rp 80 ribu per kilogram.

Salah seorang pedagang bumbu dapur, Alan mengaku meskipun harga bawang putih mahal masih tetap dibeli oleh masyarakat.

“Harga bawang putih ini sudah lima hari mahal, biar mahal tetap dibeli,mungkin karena kebutuhan masak jadi mau tidak mau harus beli,” ungkap Alan, Selasa (7/5/2019).

Menurut dia, biasanya setiap dua hari sekali menyiapkan stok bawang putih 200 kilogram, tetapi dengan kondisi sekarang menurutnya susah mendapatkan bawang tersebut.

“Biasanya kami stok 200 kilogram untuk dua hari, tapi sekarang tidak bisa dipastikan, jika ada barang baru ada stok,” kata Alan.

Alan mengaku tidak mengetahui penyebab harga bawang putih bisa semahal sekarang dan tidak bisa memastikan kapan harganya bakal turun.(JR)

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

You may also like

Kisruh Dugaan Kecurangan Pemilihan Rektor Universitas Negeri Makassar

Tim Inspektorat Jenderal (Itjen) Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset