Menilik Tradisi Mengayunkan Anak Di Labuhanbatu Utara

Menilik Tradisi Mengayunkan Anak Di Labuhanbatu Utara

- in DAERAH, EKBIS, HIBURAN, NASIONAL, PROFIL
658
0
Foto: Ipong Atmaja Sitorus, ST, bersama Isterinya Leni Hartati, S.Pd mengapit anak mereka Jasmin Nura Sitorus, pada Upacara Mengayunkan Anak, di rumah orang tua Ipong Atmaja Sitorus, di Desa Pulo Dugom, Kecamatan Kualuh Hulu, Kabupaten Labuhanbatu Utara, Provinsi Sumatera Utara, pada Kamis, 12 Januari 2023. (Dok)Foto: Ipong Atmaja Sitorus, ST, bersama Isterinya Leni Hartati, S.Pd mengapit anak mereka Jasmin Nura Sitorus, pada Upacara Mengayunkan Anak, di rumah orang tua Ipong Atmaja Sitorus, di Desa Pulo Dugom, Kecamatan Kualuh Hulu, Kabupaten Labuhanbatu Utara, Provinsi Sumatera Utara, pada Kamis, 12 Januari 2023. (Dok)

Mengayunkan Anak adalah salah satu tradisi atau kebiasaan baik yang dilakukan oleh sebagian masyarakat di Kabupaten Labuhanbatu Utara atau Labura, di Provinsi Sumatera Utara.

Sejumlah persiapan, peralatan dan perlengkapan disediakan untuk melaksanakan Tradisi Mengayunkan Anak. Tradisi ini adalah bentuk ucapan syukur dan doa kedua orang tua anak, agar kiranya anak nantinya menjadi orang yang berbakti kepada orang tua.

Seperti yang dilakukan Keluarga Besar Bapak Ipong Atmaja Sitorus, ST., dan Ibu Leni Hartati, S.Pd. Keluarga ini baru saja melaksanakan Tradisi Mengayunkan Anak.

Keluarga yang tinggal di Desa Pulo Dugom, Kecamatan Kualuh Hulu, Kabupaten Labuhanbatu Utara itu menggelar Tradisi Mengayunkan Anak, pada Kamis, 12 Januari 2023 lalu.

Ipong Atmaja Sitorus, ST., yang merupakan Pegawai Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Labuhanbatu Utara (Labura) itu mengatakan, dirinya dan keluarganya menggelar Tradisi Mengayunkan Anak sebagai perwujudan budaya yang baik, serta mengikuti kebiasaan orang beragama Islam di wilayah itu.

“Sebagai umat muslim yang baik tentunya kita menginginkannya memiliki sebuah keluarga yang Islami penuh dengan kebahagiaan dan cinta kasih. Yaitu keluarga yang di dalamnya terdapat penegakan adab-adab mulia, yang nantinya akan tercipta sebuah keluarga yang bahagia, aman, tenteram, sakinah mawadah. Yang tentunya masing-masing suami dan istri harus memahami kedudukan fungsi dan tugasnya,” tutur Ipong Atmaja Sitorus kepada wartawan Sinar Keadilan Perwakilan Jakarta Pusat di Labuhanbatu Utara, Jonny Silalahi, SE., MM.

Ipong Atmaja Sitorus menambahkan, nilai-nilai itulah yang juga menjadi salah satu tugas yang utama Orang Tua, seperti yang  terdapat di dalam Alquran, yaitu Surat Al-Baqarah 233. Yang bunyinya “Dan kewajiban Ayah memberi makan dan pakaian kepada para Ibu dengan cara yang makrut”.

Di tempat yang sama, istri Ipong Atmaja Sitorus yaitu Leni Hartati, S.Pd., mengamini apa yang disampaikan oleh suaminya, Ipong Atmaja Sitorus.

Leni Hartati yang merupakan Pegawai Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan (Dinas LHK) sebagai Kepala Seksi Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) di Pemkab Labuhanbatu Utara itu mengatakan, Allah memberikan rejeki kepada setiap keluarga.

“Terutama kepada keluarga yang pandai bersyukur. Maka, seorang istri harus bisa mensyukurinya dan merasa cukup, tidak berkeluh kesah dan tidak menggerutu. Sekecil apa pun nikmat yang ada, percaya bahwa Allah akan menambahkan nikmat pada hamba-Nya yang pandai bersyukur dan merasa cukup,” tutur Leni Hartati.

Foto: Keluarga Besar Ipong Atmaja Sitorus, ST., pada Upacara Mengayunkan Anak, di rumah orang tua Ipong Atmaja Sitorus, di Desa Pulo Dugom, Kecamatan Kualuh Hulu, Kabupaten Labuhanbatu Utara, Provinsi Sumatera Utara, pada Kamis, 12 Januari 2023. (Dok)
Foto: Keluarga Besar Ipong Atmaja Sitorus, ST., pada Upacara Mengayunkan Anak, di rumah orang tua Ipong Atmaja Sitorus, di Desa Pulo Dugom, Kecamatan Kualuh Hulu, Kabupaten Labuhanbatu Utara, Provinsi Sumatera Utara, pada Kamis, 12 Januari 2023. (Dok)

Setelah mendengarkan penjelasan dari suaminya, Ipong Atmaja Sitorus, maka Leni Hartati pun sepakat untuk menggelar Upacara Mengayunkan Anak mereka, yakni anak pertama mereka yang bernama Jasmin Nura Sitorus, yang telah dilaksanakan pada Kamis, 12 Januari 2023 lalu.

Upacara Mengayunkan Anak mereka itu diselenggarakan di rumah orang tua Ipong Atmaja Sitorus, di Desa Pulo Dugom, Kecamatan Kualuh Hulu, Kabupaten Labuhanbatu Utara, Provinsi Sumatera Utara.

Menurut Leni Hartati, tradisi itu sebagai bentuk rasa syukur orang tua kepada Allah SWT atas kelahiran anak mereka yang sehat dan keluarga yang bahagia. Juga karena telah mempersatukan sebuah keluarga antara pihak keluarga laki-laki dan perempuan agar kiranya semakin lebih harmonis lagi dalam  menjalani hubungan kekeluargaan.

Upacara Mengayunkan Anak dalam tradisi etnik Melayu Kualuh Kabupaten Labuhanbatu Utara, jika ditinjau dari kajian semiotika, adalah salah satu bentuk rasa syukur orang tua kepada Allah SWT atas kelahiran anak tersebut, dengan mengundang para kerabat, sanak saudara, masyarakat, dan juga rekan kerja.

Menurut Ipong Atmaja Sitorus, untuk melaksanakan Upacara Mengayunkan Anak, terdapat 21 simbol yang harus disediakan, yaitu, ayunan, kain warna-warni, rebana, tepung tawar, beras putih, beras kuning, berhubungan rampai, tepung beras, mangkuk putih, irisan jeruk purut, daun kalinjuhang, tangkai pohon pepulut, daun gandarusa, daun jejerun, daun sepenuh, daun seelingin, pohon sambau, gunting, balai, cendera mata.

“Dalam Tradisi Mengayunkan Anak terdapat nilai-nilai yang terkandung di dalamnya nilai estetika, nilai agama, nilai budaya, nilai moral dan nilai solidaritas,” tutur Ipong Atmaja Sitorus.

Untuk mewujudkan keluarga bahagia, aman, tenteram, sakinah mawadah warohma, lanjutnya, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, yakni, menerima kelebihan dan kekurangan pasangan, memaafkan dan melupakan kesalahan pasangan di masa lalu, menjalin komunikasi yang baik, meminta maaf terlebih dahulu, menghindari berburuk sangka pada pasangan, memperbaiki diri sendiri, jangan menutup diri, dan berdoa.(Johnny Silalahi, SE., MM)

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

You may also like

Seruan PARKINDO di Hari Lahir Pancasila: Hentikan Identitas Politik Suap dan Transaksional

Suap janganlah kau terima, sebab suap membuat buta