Mengkritisi Janji Jaminan Sosial kepada Masyarakat Miskin

Mengkritisi Janji Jaminan Sosial kepada Masyarakat Miskin

- in DAERAH, EKBIS, NASIONAL, POLITIK, PROFIL
850
1
Foto: Timboel Siregar, Koordinator Advokasi BPJ Watch dan Sekjen Organisasi Pekerja Seluruh Indonesia (Opsi). (Net)Foto: Timboel Siregar, Koordinator Advokasi BPJ Watch dan Sekjen Organisasi Pekerja Seluruh Indonesia (Opsi). (Net)

Mengkritisi Janji Jaminan Sosial kepada Masyarakat Miskin

Oleh: Timboel Siregar

Koordinator Advokasi BPJ Watch

Sekjen Organisasi Pekerja Seluruh Indonesia (Opsi)

 

Pada saat bertemu dengan petani, calon Wakil Presiden RI (Cawapres) Nomor Urut 1 pada Pilpres 2024, Muhaimin Iskandar atau yang akrab disapa Cak Imin, menjanjikan BPJS Kesehatan atau Ketenagakerjaan untuk para petani.

Tentunya janji yang disampaikan oleh Cak Imin ini juga layak diberikan kepada nelayan dan pekerja informal miskin lainnya seperti pemulung, mengingat petani, nelayan, dan pekerja informal miskin lainnya, banyak yang masuk kategori masyarakat rentan ketika bekerja mencari nafkah dengan keterbatasan ekonominya.

Mereka penting untuk mendapatkan perlindungan di Program JKN yang diselenggarakan BPJS Kesehatan dan program jaminan sosial ketenagakerjaan yaitu Program Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK), Jaminan Kematian (JKm), Jaminan Hari Tua (JHT) dan Jaminan Pensiun (JP) yang dikelola BPJS Ketenagakerjaan.

Petani, nelayan, dan pekerja informal miskin lainnya sudah banyak yang dijamin dalam program JKN dengan kepesertaan sebagai Penerima Bantuan Iuran (PBI) yang iurannya dibayarkan oleh Pemerintah Pusat atau Daerah.

Namun yang menjadi persoalan yang kerap kali mereka alami adalah kepesertaan JKN mereka dinonaktifkan sepihak oleh Pemerintah, tanpa ada konfirmasi alasan kepada mereka atas penonaktifan tersebut.

Atas masalah penonaktifan sepihak yang dialami Masyarakat miskin ini, seharusnya Cak Imin berani mengkritisi kebijakan Pemerintah tersebut, dan meminta agar Presiden Jokowi via para pembantunya untuk tidak melakukan penonaktifan sepihak.

Tentunya janji Cak Imin tersebut di Program JKN harus bisa direalisasikan dengan memastikan seluruh petani, nelayan dan pekerja informal miskin lainnya tetap bisa menjadi peserta aktif JKN, sehingga mereka akan dilayani program JKN ketika mengalami sakit atau akan melakukan screening untuk pencegahan.

Janji tersebut harus juga didukung oleh politik anggaran yang mumpuni, baik dari APBN maupun APBD.

Tentang perlindungan petani, nelayan dan pekerja informal miskin lainnya di program jaminan sosial ketenagakerjaan, seharusnya janji Cak Imin juga diawali dengan kritik Cak Imin kepada Presiden Jokowi yang hanya mampu menjanjikan pemberian program jaminan sosial ketenagakerjaan kepada Masyarakat pekerja informal miskin yang dijanjikan di RPJMN 2020/2024, namun hingga saat ini tidak direalisasikan oleh Presiden Jokowi.

Program jaminan sosial ketenagakerjaan yaitu Program JKK, JKm, JHT dan JP akan sangat membantu petani, nelayan dan pekerja informal miskin lainnya pada saat bekerja maupun pada saat memasuki masa lansia.

Janji yang tidak direalisasikan ini, sebenarnya Presiden Jokowi sudah melanggar Pasal 28H ayat (3) UUD 1945 junto Pasal 14 dan Pasal 17 UU No. 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (UU SJSN).

Pasal 28H ayat (3) UUD 1945 memastikan seluru petani, nelayan dan pekerja informal miskin lainnya berhak atas seluruh program jaminan sosial, tidak hanya Program JKN tetapi juga program JKK, JKm, JHT dan JP.

Lalu di Pasal 14 dan Pasal 17 UU SJSN mengamanatkan Pemerintah mendaftarkan dan membayarkan iuran ke program jaminan sosial ketenagakerjaan.

Semoga seluruh pasangan calon presiden dan wakil presiden berani menjanjikan dan merealisasikan amanat Pasal 28H ayat (3) UUD 1945 junto Pasal 14 dan Pasal 17 UU SJSN, dengan mengoreksi kebijakan Presiden Jokowi yang selama ini abai terhadap perlindungan jaminan sosial ketenagakerjaan kepada pekerja informal miskin seperti petani dan nelayan serta pemulung.***

1 Comment

  1. Pingback: Mengkritisi Janji Jaminan Sosial kepada Masyarakat Miskin – Lensa Kota

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

You may also like

Terungkap Kembali Praktik Mafia Paspor Penyebab TPPO, Imigrasi Bogor Kok Gak Kapok !

Satu per satu dugaan praktik mafia pembuatan paspor