Ditugaskan ke tanah kelahirannya, Setia Untung Arimuladi menjalankan amanah di Jawa Barat.
Sejumlah jabatan strategis di kejaksaan pernah dinahkodai oleh Setia Untung Arimuladi. Pria kelahiran Bandung, 1 Desember 1961 ini mengaku selalu tawakal dan berpasrah kepada Tuhan Yang Maha Esa dalam mengembang setiap tugas dan tanggung jawab yang diberikan kepadanya selama di institusi Adhiyaksa.
Pada Kamis 02 Juni 2016 lalu, Setia Untung Arimuladi ditugaskan memimpin Kejaksaan Tinggi Jawa Barat. Di Kejaksaan Agung, Jaksa Agung HM Prasetyo melantik pria yang sehari-hari akrab dikenal oleh para wartawan dengan panggilan Pak Untung atau Pak UT ini.
“Saya hanya manusia biasa. Apa yang diamanahkan kepada saya, akan saya laksanakan dengan seluruh kemampuan saya. Setiap saya mengemban tugas, mulai dari penugasan dari tingkat terbawah hingga saat ini, saya selalu berupaya tawakal, mawas diri dan pegang teguh amanah itu,” ujar Untung dalam perbincangan santai dengan para wartawan yang bertugas di Kejaksaan Agung, baru-baru ini.
Di kalangan para awak media, terutama yang sehari-hari meliput di Korps Adhiyaksa, nama Untung tidak asing lagi. Selain dikenal rendah hati, Untung juga fleksibel dalam berkomunikasi dengan berbagai kalangan yang berbeda-beda.
“Mengabdi bagi saya bukanlah untuk mengejar-ngejar jabatan. Apapun jabatan yang ditugaskan, itu adalah amanah. Dan amanah ini harus diemban dengan sebaik-baiknya. Kini, saya pun diamanahkan dan mengabdi ke Jawa Barat,” tutur dia ketika ditanya mengenai jabatan barunya sebagai Kepala Kejaksaan Tinggi Jawa Barat.
Bagi Untung, Jawa Barat yang dikenal sebagai Tanah Parahiyangan bukanlah daerah yang asing. Sebab, selain dilahirkan dan dibesarkan di Bandung, Untung juga merasa memiliki tanggung jawab yang tidak biasa dengan penugasan dirinya ke Jawa Barat.
“Tantangannya tidak mudah. Namun saya berserah kepada Yang Maha Kuasa saja. Mohon doa dan dukungan teman-teman sekalian, supaya saya tetap kuat menjalankan amanah ini,” ujar Untung.
Pria yang pernah menjabat sebagai Kepala Pusat Penerangan dan Hukum (Kapuspenkum) Kejaksaan Agung ini memang dikenal ramah, namun tidak akan mau dipengaruhi iming-iming. Sewaktu masih menjadi orang nomor satu di Kapuspenkum, ruangan kerjanya tak pernah sepi dari diskusi media dan juga obrolan-obrolan penegakan hukum.
Soal rejeki, Untung dikenal ringan tangan. Asal, diperoleh dengan jalan yang benar. Sejumlah kesulitan keluarga kerabat maupun rekan-rekan kerjanya, sedapat mungkin dibantunya. “Rejeki itu sudah diatur Tuhan. Tidak akan kekurangan rejeki orang-orang yang membantu orang lain dari kesulitannya dengan ihklas. Santai aja mas bro,” ujar Untung ketika ada seorang wartawan yang bertugas di Kejaksaan Agung mengalami kesulitan bantuan biaya perobatan anggota keluarganya, yang dibantu Pak Untung.
Hampir semua staf dan karyawan di tempat dia ditugaskan, akan bersusah hati dan berat langkah bila harus berpindah tugas dari Pak Untung. Keakraban sebagai sebuah keluarga, berupaya dikembangan Untung kepada para bawahannya.
Seperti ketika Untung bertugas sebagai Kepala Kejaksaan Tinggi Riau. Hingga subuh jelang berpindahnya Untung dari Pekanbaru, rumah dinasnya ditunggui para karyawan dan pejabat di Kejaksaan, sekedar mengobrol, membahas hal-hal manusiawi lainnya seperti maraknya batu akik yang digandrungi masyarakat Riau waktu itu. Sekedar menikmati suguhan kopi dan penganan ringan, bersilaturahmi sebelum berpisah. Tak enak rasanya harus berpisah.
“Ya, namun namanya tugas dan tanggungjawab, itu amanah, berpisah bukan berarti tidak bisa bertemu. Yang penting, tetap saling berkomunikasi, saling mendoakan, dan saling mengingatkan,” ujar Untung.
Untung juga dikenal jago masak. Peralatan dapur bukan hal aneh dan bukan hal tabu baginya. Sebab, menurut Untung, sejak dirinya kecil, sebagai anak laki-laki satu-satunya di keluarganya, dia sering diajak ibundanya ke pasar untuk berbelanja, dan sudah terbiasa menemani dan membantu ibunya meracik makanan di dapur untuk keluarga.
“Pokoknya, bikin sambal, dan kerupuk itu mesti ada di meja dalam hidangan makan. Rasanya kurang lengka tanpa sambal dan kerupuk serta lalapan,” ujar pria yang juga gemar menikmati masakan tongseng ini.
Dalam sejumlah kegiatan di Kejaksaan, Untung tidak akan melewatkan kesempatan untuk olah vocal alias tarik suara melantunkan satu dua buah lagu. Musik, bagi Untung adalah syair kehidupan. Untung pun dikenal jago bernyanyi lagu-lagu favorit.
“Kapan-kapan kita menyanyi lagi ya,” ujar Untung seraya menjelaskan bahwa dirinya dan isteri membuat rekanam lagu-lagu sendiri. “Sudah dibuatkan dalam CD (Compact Disc).”
Berbicara Korps Adhiyaksa, segudang prestasi pernah ditorehkan pria yang gemar memelihara kumis lebatnya itu. Dia pernah menjadi Kepala Kejaksaan Negeri Jakarta Selatan (Kajari Jaksel), yang menangani sejumlah perkara terkait penyeludupan dan kejahatan yang dilakukan orang asing.
Sebelum dilantik menjadi Kepala Kejaksaan Tinggi Jawa Barat, Untung Arimuladi menjabat sebagai Kepala Biro Umum Kejaksaan Agung. Wajah gedung dan kantor Kejaksaan Agung berubah lebih asri dan tertata apik oleh tangan Untung Arimuladi.
Saat acara pisah sambut pimpinan Kejaksaan Tinggi Jawa Barat Jumat (03/06/2016) di Aula R Soeprapto, kantor Kejaksaan Tinggi Jawa Barat, Untung memberikan rasa hormatnya kepada pendahulunya Ferry Wibisono yang kini menjabat sebagai Inspektur pada Jamwas Kejaksaan Agung RI.
“Tentunya program yang berkaitan dengan penegakan hukum yang telah dilakukan oleh Kajati sebelumnya akan dilaksanakan, diteruskan dan ditingkatkan lagi,” ujar Untung.
Untung menyampaikan, dirinya ingin bersama-sama membangun kebaikan Kejaksaan ke depannya. Untung juga ingin melanjutkan apa yang telah terbangun di bawah kepemimpinan Kajati sebelumnya untuk membangun Provinsi Jawa Barat dalam penegakan hukum yang lebih baik.
“Kita tidak bisa berjalan sendiri, itulah yang menjadi motivasi saya masuk di Jawa Barat,” ujarnya.
Kegiatan penegakan hukum bila tidak terbangun sinergitas antar instansi tidak akan terwujud dan berhasil, maka dari itu Kejaksaan dan instansi penegak hukum lainnya harus bekerja sama untuk mengawal pembangunan.
“Sehingga pembangunan yang menjadi program di Provinsi Jawa Barat sebagai bumi pasundan yang juga merupakan tanah kelahiran saya dapat menuju ke arah yang lebih baik, khususnya pembangunan dari sisi penegakan hukum,” ujarnya.
Memang, lanjut Untung, dalam melakukan penegakan hukum tidaklah semudah membalikan telapak tangan karena penegakan hukum tidak bisa dilakukan sendiri oleh Kejaksaan tetapi sangat dibutuhkan kerjasama dan dukungan dari lembaga swadaya masyarakat dan tentunya rekan media dalam memberikan kontribusi pemberitaan yang seimbang sehingga tidak memberikan suatu opini yang menyesatkan.
“Dan saya selalu terbuka apabila ada kritik yang membangun,” ujar Suami dari Ny Detty Rahayu (51) ini.
Dalam menjalankan tugasnya, ayah dari Elvira Ardiyanti dan Dinar Adhiyanti ini, selalu mengibarkan bendera bahwa jaksa adalah sahabat masyarakat, jaksa sahabat pelajar.
Untung membuka kebuntuan informasi di kejaksaan yang selama ini terkesan sulit untuk ditembus wartawan. Pelan namun pasti, kakek satu orang cucu ini, mencoba membuka diri pada publik terlebih kepada media.
Tak guna heran, peraih setya lencana Karya Satya dua kali dari Presiden BJ Habibie dan Presiden Susilo Bambang Yudhono itu selalu memanggil sejumlah Kejari dan jajarannya untuk diberikan pemahaman soal keterbukaan informasi tersebut. Baginya, jaksa tidak boleh pelit membagi informasi khususnya kepada media untuk bisa tersampaikan secara luas kepada publik.
Di mata peraih S2 Magister Hukum dari Universitas Parahiyangan Bandung ini, kerjasama antara jaksa dan media telah membantu penyebaran informasi soal hukum, baik untuk kepentingan nasional maupun internasional. Itu sebabnya, pria yang juga hobi pakai batu akik ini tidak menginginkan jajarannya selalu tertutup.
Untung yang hobi menulis di majalah internal Kejagung itu saat ini benar-benar memanfaatkan Kasi Penerangan Hukum dan Humas Kejati untuk berperan aktif dalam menyebarluaskan informasi.
“Hidup tidaknya jaringan informasi dua arah, baik dari publik dan dari kejaksaan, itu tergantung peranan Humas. Humas kami inilah ujung tombak sebagai pembentukan opini positif terkait bidang hukum. Makanya saya sekarang, sangat mengaktifkan peran humas,” kata Untung.
Untung adalah anak bungsu dari 8 bersudara ini berasal dari keluarga TNI. Almarhum ayahnya, H Mohamad Imam Singgih merupakan pensiunan Letnan Kolonel TNI AD, dan ibunya Ismiarti. Karena berasal dari keluarga TNI, apa lagi dirinya satu-satunya anak lelaki, sehingga orang tuanya sempat menitipkan harapan untuk bisa jadi penerusnya. Namun, sang anak memilih jalan yang berbeda justru menjadi PNS yang berkarier sebagai jaksa.
Nama Untung, katanya, diberikan orangtuanya dan neneknya, karena lahirnya anak paling akhir laki-laki. Karena sebelum lahirnya Untung, sang orang tua menginginkan memiliki anak laki-laki.(JR)