Mahasiswa Papua memprotes sikap Pemerintah Pusat yang sangat abai dengan kondisi dunia pendidikan di Tanah Papua.
Samuel Pitawa, Mahasiswa Semester 4 Fakultas Hukum di salah satu Perguruan Tinggi di Jakarta menyebut, kondisi anak-anak Papua yang mengenyam dunia pendidikan sangat memprihatinkan. Terlebih, sejak masa pandemi virus corona atau Covid-19 melanda Indonesia, dan diberlakukannya Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB), praktis tak ada proses belajar mengajar yang memadai bagi anak-anak Orang Asli Papua (OAP) di berbagai wilayah di Tanah Papua.
Jangankan belajar online atau virtual di masa pandemi Covid-19, menurut putra asli Kampung Ery, Distrik Mamberamo Tengah Timur, Kabupaten Mamberamo Raya, Provinsi Papua ini, di situasi tidak sedang pandemi Covid-19 saja, anak-anak Orang Asli Papua (OAP) pun sudah kesulitan sekali mengecap pendidikan yang layak di Tanah Papua.
Karena itu, sebagai pergumulan bathinnya dengan kondisi saudara-saudarinya di Tanah Papua dan diberbagai penjuru dunia, termasuk di perantauan, seperti di Jakarta, Samuel Pitawa berharap ada perhatian serius untuk memberikan pendidikan yang layak bagi masa depan generasi Orang Asli Papua (OAP).
Samuel Pitawa pun menulis Surat Terbuka kepada Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Nadiem Makarim dan Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) Johnny Gerard Plate, agar kiranya memperhatian pendidikan anak-anak Orang Asli Papua, di Tanah Papua dan diperantauan.(JR)
Berikut Surat Terbuka Samuel Pitawa:
Selamat Pagi, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia (Mendikbud) Bapak Nadiem Makariem, dan Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) Bapak Johnny Gerard Plate.
Apa kabar Bapak-Bapak Menteri di Jakarta? Kiranya sehat selalu ya.
Perkenalkan, saya mahasiswa bernama Samuel Pitawa, kelahiran Kampung Ery, Distrik Mamberamo Tengah Timur, Kabupaten Mamberamo Raya, Provinsi Papua.
Saat ini kuliah di Sekolah Tinggi Ilmu Hukum IBLAM (STIH IBLAM) semester 4 dan domisili tinggal saya di DKI Jakarta. Saya Putra Asli Papua yang menuntut ilmu di Jakarta.
Saya menceritakan sedikit tentang Pendidikan di Kabupaten Mamberamo Raya. Keadaan saat ini sekolah di kampung halaman saya, semenjak pandemi covid–19 sangat susah mendapatkan Pendidikan. Dikarenakan perangkat yang tidak ada dan susah dari jangkauan internet, karena Kabuapaten Mamberamo Raya di Papua, terdapat 9 Distrik di Kabupaten Mamberamo Raya.
Yakni distrik atau wilayah-wilayah kami ini belum bisa memakai internet dan anak -anak sekolah. Di Kabupaten Mamberamo Raya, Provinsi Papua, rata-rata belum memiliki henpon dan laptop untuk digunakan belajar online.
Dan sekolah-sekolah di Papua, belum memiliki fasilitas yang dilengkapi di sekolah. Bagaimana bisa kegiatan belajar oneline dapat dilakukan?
Sebagian daerah sudah memakai internet, namun internet belum bisa stabil dan telepon pun tidak bisa dihubungi. Jadi, bagaimana bisa belajar oneline di Papua, terkhusus Provinsi Papua dan Papua Barat, yang berapa kabupaten internet belum bisa memandai internet stabil dengan baik. Bagaimana bisa belajar oneline sedangkan sekolah di Kabupaten Mamberamo Raya, ada 9 Distrik yaitu Distrik Mamberamo Tengah, Distrik Kustra Mamberamo Tengah Timur, Distrik Mamberamo Hilir, Distrik Distrik Dabra Mamberamo Hulu, Distrik Kay Mamberamo Hulu, Distrik Benoki Mamberamo Barat, Distrik Saway Mamberamo Barat, Distrik Waropen Atas Mamberamo Barat, Distrik Mamberamo Roufaer semua di Kabupaten Mamberamo Raya. Itu sekolah-sekolah ditumbuhi semak–semak belukar di halaman sekolah, mulai dari TK ,PAUD , SD ,SMP SMA, SMK. Sekolah-sekolah pun sudah kosong dan tidak terawat.
Dan keadaan pandemi covid–19 ini, anak -anak rata -rata tidak mau belajar di bangku studi sekolah. Yang mempersulit anak-anak sekoh di Kabupaten Mamberamo Raya sekarang adalah susah memakai internet oneline.
Saya Samuel Pitawa mengkoordinir Ikatan Mahasiwa Suku Bauzi Papua, meminta Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) dan Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) harus memperhatikan internet di seluruh Tanah Papua. Sehingga anak -anak generasi Papua Indonesia semangat belajar, khususnya di Kabupaten Mamberamo Raya sendiri. Yang kegiatan belajar sangat susah dilakukan karena perangkat yang tidak memadai.
Masyarakat Mamberamo memikirkan nasib anak–anak mereka dengan keadaan pandemi covid–19, sementara sekolah pun belum buka sejak pandemi covid–19. Dan bagaimana sekolah online? Karena anak-anak di Kabupaten Mamberamo Raya tidak memiliki perangkat untuk mengikuti kegiatan belajar online.
Kami meminta kepada Pemerintah Pusat, khususnya kepada Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Nadiem Makarim dan Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) Johnny G Plate, harus serius memperhatikan keadaan anak–anak generasi penerus bangsa yang berada di Kabupaten Mamberamo Raya.
Demikian Surat Saya ini saya perbuat. Kiranya mendapat perhatian serius dari Pemerintah Pusat.
Asrama Mahasiswa, Jakarta
Selasa, 28 Juli 2020
Hormat saya,
Samuel Pitawa
Mahasiswa Semester IV Fakultas Hukum STIH IBLAM Jakarta
Putra Asli Papua, Kelahiran Kampung Ery, Distrik Mamberamo Tengah Timur, Kabupaten Mamberamo Raya, Provinsi Papua