Indonesia Dorong Penyelesaian Krisis Harga Kopi Global

Indonesia Dorong Penyelesaian Krisis Harga Kopi Global

- in EKBIS, NASIONAL
404
0
Direktur Jenderal Perundingan Perdagangan Internasional (Dirjen PPI) Kementerian Perdagangan, Iman Pambagyo: Ekspor Kopi Indonesia Jenis Arabika Masih Tinggi. Sebagai Ketua Dewan Organisasi Kopi Internasional, Indonesia Dorong Penyelesaian Krisis Harga Kopi Global.Direktur Jenderal Perundingan Perdagangan Internasional (Dirjen PPI) Kementerian Perdagangan, Iman Pambagyo: Ekspor Kopi Indonesia Jenis Arabika Masih Tinggi. Sebagai Ketua Dewan Organisasi Kopi Internasional, Indonesia Dorong Penyelesaian Krisis Harga Kopi Global.

Indonesia mendorong penyelesaian krisis harga kopi global. Hal itu dilakukan Indonesia, dalam kapasitasnya sebagai Ketua Dewan Organisasi Kopi Internasional atau International Coffee Organization (ICO) periode 2019-2020.

Direktur Jenderal Perundingan Perdagangan Internasional (Dirjen PPI) Kementerian Perdagangan, Iman Pambagyo  menyampaikan hal tersebut saat melaksanakan kunjungan untuk melakukan konsultasi dengan para pemangku kepentingan kopi di London, Inggris pada 22-24 Februari 2020.

Dalam kunjungannya ke Kantor Pusat Organisasi Kopi Internasional, Dirjen PPI didampingi Pejabat KBRI London. Sebagai Ketua Dewan Kopi Internasional, Dirjen PPI bertemu dengan Direktur Eksekutif atau DE ICO, Jose Sette, untuk membahas agenda Pertemuan Dewan Kopi Internasional ke-126 yang akan dilaksanakan pada 27 April-1 Mei 2020 di London.

Sebagai salah satu negara produsen kopi terbesar di dunia, DE ICO mengapresiasi, mendukung, dan mengharapkan peran keketuaan Indonesia dalam ICO.

“ICO penting bagi Indonesia dan dalam pertemuan dewan yang akan dilaksanakan dua kali pada tahun ini. Kami ingin memastikan relevansi ICO dalam mengatasi rendahnya harga dan keberlanjutan kopi untuk memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi produsen yakni petani dan konsumen kopi global,” ungkap Iman Pambagyo.

Selain itu, dalam rangka mengakomodasi isu-isu terkini kopi global, juga akan dibahas mengenai revisi International Coffee Agreement ,yang akan habis masa berlakunya pada 2 Februari 2021, diantaranya untuk lebih mengoptimalkan peran dan kemitraan dengan sektor swasta.

Krisis harga kopi global yang terus terjadi selama beberapa tahun terakhir. Kondisi itu menurunkan pendapatan petani karena tidak cukup memenuhi biaya produksi yang tinggi. Situasi ini diperparah dengan kondisi perubahan iklim yang juga mengganggu produksi.

“Sebagai Ketua Dewan, kami akan menegaskan bahwa kopi merupakan salah satu komoditas pertanian yang menggerakkan roda ekonomi berbagai negara di dunia termasuk Indonesia. Melalui penciptaan lapangan kerja dan pengentasan kemiskinan. Hal ini sangat terkait dengan pencapaian Agenda Pembangunan Berkelanjutan yang harus ditopang secara berimbang oleh tiga pilar, yaitu ekonomi, sosial, dan lingkungan,” kata Iman.

Untuk mengatasi rendahnya harga kopi, ICO telah membentuk suatu Gugus Tugas kolaborasi antara pemerintah dan swasta.

Direktur Perundingan APEC dan Organisasi Internasional, Kementerian Perdagangan, Antonius Yudi Triantoro, akan menjadi salah satu Sherpa atau wakil dalam Gugus Tugas tersebut.

“Keanggotaan Indonesia di Gugus Tugas ICO untuk mewakili kawasan Asia dan Pasifik mencerminkan kepercayaan anggota ICO dari wilayah Asia terhadap peran dan kontribusi Indonesia bagi pengembangan sektor kopi dunia,” jelas Yudi.

Misi Indonesia dalam Gugus Tugas ini adalah membantu ICO dalam mendorong kerja sama pemerintah dan swasta untuk menghasilkan solusi praktis yang berdampak langsung bagi kesejahteraan petani.

“Dan memastikan peningkatan produksi dan mutu serta nilai tambah kopi yang berkelanjutan,” ujarnya.

Dirjen PPI juga melakukan sejumlah pertemuan lainnya yaitu dengan kaukus kawasan Asia ICO, diantaranya, India, Papua Nugini (PNG), Vietnam, Filipina, Yaman, dan Duta Besar Brasil untuk Organisasi Multilateral dan Komoditas di London selaku Ketua Group Eksportir ICO untuk mendorong peran Asia dalam ICO.

Kepala Biro Hubungan Masyarakat Kementerian Perdagangan Olvy Andrianita  menambahkan, sekilas tentang ICO dan Statistik Kopi Indonesia.

ICO merupakan organisasi kopi utama antar pemerintah yang dibentuk pada 1963. ICO beranggotakan 44 negara produsen/eksportir kopi, dengan pangsa mencapai 98 persen dari total produksi dunia dan negara konsumen/importir kopi dengan kontribusi mencapai 67 persen dari total konsumsi dunia.

“Sebanyak 70 persen dari total produksi kopi dunia dihasilkan oleh 25 juta petani kecil di ICO. Tujuan utama ICO adalah memperkuat sektor komoditas kopi secara global dan pengembangan berkelanjutan pada market-based environment untuk kemajuan seluruh negara anggota,” jelas Olvy Andrianita.

Kewenangan tertinggi di ICO berada pada putusan Dewan yang saat ini diketuai oleh Dirjen PPI Kementerian Perdagangan. Dirjen PPI Kementerian Perdagangan terpilih sebagai Ketua Dewan ICO periode 2019-2020 melalui keputusan Pertemuan Dewan ICO yang dilaksanakan sebelumnya pada 23-27 September 2019 di London, Inggris.

Dirjen PPI akan mengawal program penting di ICO, diantaranya melalui beberapa pertemuan Dewan ICO ke-126 pada April 2020 dan ke-127 pada September 2020. Dan pelaksanaan Konferensi Kopi Dunia ke-5 dan CEO and Global Leaders Forum (CGLF) di Bengaluru, India pada September 2020. Serta proses negosiasi/review International Coffee Agreement (ICA) 2007.

“Saat ini Indonesia merupakan produsen kopi terbesar keempat dunia, dengan pertumbuhan konsumsi tertinggi di Asia dan tertinggi kedua di antara sesama negara produsen setelah Brasil,” ujar Olvy.

Berdasarkan data perdagangan kopi periode 2008-2018, produksi kopi Indonesia tumbuh 17 persen dan konsumsinya tumbuh 248 persen, dengan rata-rata per kapita sebesar 1,54 kilogram per tahun.

“Situasi ini menggeser status Indonesia dalam sektor kopi dunia, dari yang sebelumnya hanya sebagai negara produsen menjadi negara konsumen kopi dunia juga,” ujarnya.

Selain tingginya konsumsi kopi nasional, ekspor kopi Indonesia, utamanya jenis arabika, masih sangat diminati di pasar internasional.

Untuk mendukung tingginya konsumsi dan permintaan akan produk kopi Indonesia, produksi dan produktivitas, serta mutu dan nilai tambah kopi perlu terus ditingkatkan.

Salah satu strategi mendukung sektor pertanian kopi dilakukan Indonesia melalui keanggotaannya di ICO, yaitu dengan ikut terlibat dan mendorong upaya mengatasi rendahnya harga dan produksi kopi yang berkelanjutan melalui pelaksanaan agenda Dewan dan Gugus Tugas ICO.(JR)

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

You may also like

Kisruh Dugaan Kecurangan Pemilihan Rektor Universitas Negeri Makassar

Tim Inspektorat Jenderal (Itjen) Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset