Untuk menghalau berbagai faham dan wacana yang kontraproduktif bagi Indonesia ke depan, kekuatan pemuda dan mahasiswa diajak melakukan konsolidasi.
Jika para pemuda nantinya hanya disibukkan dengan persoalan-persoalan faham radikalisme dan kontraproduktif, maka Indonesia akan semakin terbelakang.
Hal itu disampaikan Ketua Umum Pengurus Pusat Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia (PP PMKRI) Juventus Prima Yoris Kago, dalam Sarasehan dan Deklarasi Pemuda Indonesia Membangun Bangsa, yang digelar di Grand Cemara Hotel, Menteng, Jakarta Pusat.
“Pemuda merupakan satu kekuatan penting yang menopang keberlanjutan perjalanan negara-bangsa Indonesia. Beragam persoalan yang menggerogoti kehidupan negara-bangsa Indonesia hari-hari ini tetap membutuhkan peran serta pemuda Indonesia dalam menyikapinya. Pemuda Indonesia
perlu mengkonsolidasikan kekuatannya bagi pembangunan bangsa dan membendung segala bentuk gerakan dan aksi yang kontraproduktif dengan wacana kebangsaan Indonesia,” tutur Juventus Prima.
Di tempat yang sama, Ketua Umum Dewan Pengurus Pusat Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (DPP IMM), Najih Prasetyo melihat fenomena hoax sebagai ancaman bagi pemuda Indonesia.
Untuk itu, pemuda ditantang menghadapi paham radikalisme dengan cara menghindari berita-berita yang tidak jelas sumbernya.
“Untuk narasi krisis multikulturalisme ia berpandangan bahwa pluralisme merupakan akar berdirinya bangsa Indonesia sehingga tidak perlu diperdebatkan lagi,” ujarnya.
Menanggapi fenomena hoax, ia menambahkan, salah satu penyebab rentannya generasi muda Indonesia terpapar berita hoax adalah rendahnya budaya membaca.
Ketua Umum DPP Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI), Robaytullah Kusuma Jaya, beranggapan diskursus tentang Pancasila dan Nasionalisme harusnya tidak lagi dilakukan saat ini. Menurut dia, hal itu sudah dilakukan oleh para pejuang serta pencetus teori tentang dasar Negara Indonesia di tahun 1945.
“Yang terjadi hari ini harusnya adalah bagaimana mengimplementasikan dan mengaplikasikan nilai-nilai luhur pancasila tersebut,” ujarnya.
Ia menambahkan, generasi muda harus mampu memfilter mana berita hoax dan mana berita yang harus kita telaah.
Pemuda harus bisa menyinkronkan pemikirannya yang Pancasilais dengan keberadaannya sebagai generasi milenial.
Mewakili Keamanan Khusus Baintelkam Polri, Ratno Kuncoro yang hadir sebagai keynote speaker mengungkapkan, Indonesia terkhusus pemuda harus segera meningkatkan rasa nasionalisme untuk bisa meredam ideologi asing yang membahayakan bangsa Indonesia. “Sama-sama mengabdi untuk kepentingan bangsa,” ujarnya.
Dia menambahkan, tantangan kontestasi politik seperti Pilkada dan Peemilu, tidak harus dijadikan sebagai ajang perpecahan. “Akan tetapi harus mengacu pada ajang beradu gagasan demi kemaslahatan bangsa untuk terciptanya kedamaian dan keamanan nasional,” ujarnya.
Pengurus Pusat Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia (PP PMKRI) menggelar Sarasehan dan Deklarasi Pemuda Indonesia Membangun Bangsa pada sabtu, 10 November 2018 di Grand Cemara Hotel, Menteng, Jakarta Pusat.
Hadir sebagai narasumber dalam Sarasehan dan Deklarasi tersebut Ketua Presidium PP PMKRI, Juventus Prima Yoris Kago, Ketua Umum Dewan Pengurus Pusat Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI), Robaytullah Kusuma Jaya, Ketua Umum Dewan Pengurus Pusat Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (DPP IMM), Najih Prastiyo. Keynote speaker dari Kasubdit Keamanan Khusus Baintelkam Polri, Rato Kuncoro, SIK.
Sarasehan dan Deklarasi ini diselenggarakan bertepatan dengan peringatan Hari Pahlawan Yang diperingati setiap tanggal 10 November. Sarasehan dan deklarasi ini membahas tiga poin penting: Pancasila di tengah infiltrasi Ideologi asing, fenomena hoax, dan wacana menuju revolusi industri 4.0.
Sarasehan ini ditutup dengan pembacaan Deklarasi Pemuda Indonesia Membangun Bangsa oleh Ketua Presidium PP PMKRI.(JR)