Status Indonesia menjadi tuan rumah Piala Dunia U-20 resmi dibatalkan. Ini membuat seluruh masyarakat pencinta sepak bola Tanah Air semakin geram, sekaligus kandas harapan untuk melihat Timnas Sepak Bola Indonesia berlaga pada perhelatan akbar paling bergengsi di seluruh Dunia.
Sekretaris Jendral Dewan Pimpinan Cabang Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia Jakarta Timur (DPC GMNI Jaktim), Maulana Yoga Wicaksono, menyebut pihak keamanan yang menjadi muara permasalahan imbas penghapusan nama Indonesia untuk tuan rumah pada ajang Piala Dunia U-20. Karena tak bisa menjamin keselamatan para supporter pada peristiwa Tragedi Kanjuruhan yang menewaskan 135 orang pada 22 Oktober tahun lalu.
“Sedang hangat diperbincangkan yang menjadi sorotan publik, menurut hemat saya karena citra keamanan yang buruk, saya meyakini faktor kuat dihapusnya nama Indonesia menjadi host Piala Dunia U-20 karena bobroknya pihak keamanan bukan hal lain daripada itu,” ujarnya dalam keterangan kepada kawan media, Minggu (09/04/2023).
Sebelumnya keputusan yang telah di ambil oleh FIFA selaku induk federasi sepak bola internasional menjadi sorotan, setalah pertemuan Presiden FIFA, Gianni Infantino dengan Ketua Umum PSSI, Erick Thohir di Doha, Qatar, menghasilkan pernyataan pembatalan Indonesia menjadi host Piala Dunia U-20 yang terpampang di laman situs resmi FIFA.
“Peristiwa tragis yang menelan korban jiwa tak bersalah bukti kegagalan dalam tanggung jawab pihak keamanan yang seharusnya memastikan keamanan kenyamanan serta keselamatan para supporter,” lanjutnya.
Ia mengatakan bahwa pihak keamanan seperti bukan manusia yang tidak mempunyai empati terhadap sesamanya karena tak didasari peri-kemanusiaan. dan mengecam keras terhadap perilaku tersebut.
“Tragedi Kanjuruhan dianggap Yoga sebagai potret pengelolaan inferior sepak bola tanah air di muka Dunia, penyebabnya kelalaian pihak keamanan stadion dengan menunjukkan bukti tak mampu menghadapi situasi chaos,” tuturnya.
Kepada masyarakat, Ia memperingatkan agar tidak larut dalam pembahasan Nasionalisme ala-ala yang di gunakan sebagai suatu simbol historis tetapi kembali ke fakta bahwa yang seharusnya di salahkan atas persoalan yang menimpa persepakbolaan Indonesia adalah pihak keamanan yang bertanggung jawab sepenuhnya atas Tragedi di Kanjuruhan, Malang.(RED)