Warga Betawi yang selama ini tersisihkan di pusat pemerintahan meminta agar nasib mereka diperhatikan secara serius, dengan salah satu caranya memberikan kesempatan 20 persen penerimaan pegawai pemerintahan dan atau Pegawai Negeri Sipil (PNS) di wilayah Ibukota Negara diperuntukkan bagi warga asli Betawi.
Ketua Umum Paguyuban Anak Betawi Rawa Bambon Jamaludin menyampaikan, selama ini warga Betawi kehilangan kesempatan dan jati dirinya di Jakarta. Pria yang akrab disapa Bang Jamal ini menyampaikan, warga Betawi harus bersatu memperjuangkan nasibnya agar kian lebih baik lagi.
“Diskriminasi dan penzaliman kepada warga Betawi kini sudah berlangsung. Tentu kami tidak mau tanah Betawi malah tergusur dari orang-orang Betawi. Pemerintah dan bangsa ini perlu secara serius mempehatikan dan memberikan kesempatan bagi putra-putri Betawi hari ini, ya permintaan kami kalau bisa 20 persen dalam penerimaan pegawai pemerintahan diberikan kepada putra-putri Betawi,” papar Jamaludin, usai menggelar pengukuhan kepengurusan Paguyuban Anak Betawi Rawa Bambon, Jakarta Timur, kemarin.
Jamal mengatakan, orang Betawi bukanlah suku bangsa yang rasis. Lebih daripada itu, Betawi adalah negeri semua orang, yang kini malah menyisihkan putra-putri Betawi. “Di sinilah kita meminta kepada pemerintahan agar menopang dan turut membantu putra-putri Betawi agar tidak hilang dari akarnya,” kata dia.
Jamal menepis isu sektarianisme yang dibangun sejumlah pihak dalam pengelolaan pemerintahan. Permintaan dirinya agar diberi kesempatan kepada anak-anak Betawi dengan 20 persen di pemerintahan itu pun bukan sebuah paksaan.
“Namanya orang kalau meminta ya boleh dong. Kalau bisa, kami diberi kesempatan 20 persen. Mengapa di daerah lain hal seperti itu bisa dilakukan? Ada otonomi khusus, ada daerah Istimewa, lah.. Jakarta kan daerah khusus. Yang disebut khusus ya gimana sih? Masa status kekhususan pun tak bisa memberikan ruang kepada warga Betawi?” tutur Jamal.
Dia mengatakan, dia tidak mempersoalkan urusan agam, suku, ras, antar golongan, sebab menurut Jamal, semua itu sudah selesai di masyarakat Betawi. “Apa tidak nasionalisnya Betawi? Kami tidak pernah mempersoalkanm ente agama apa, ente suku apa, enter as apa. Mari sama-sama kita urusi baik-baik Jakarta ini. Tetapi, saat ini Betawi lagi terpuruk, masa sesama saudara sebangsa setanah air tak bisa kasih kesempatan bagi Putra-Putri Betawi?” ujarnya.
Jamal membandingkan, dalam sektor ekonomi politik, juga pertahanan keamanan, hukum serta budaya, Betawi malah kian tergerus dan tidak ada kepedulian untuk menopang mereka selama ini.
“Lah, di dunia politik kita sendiri ada kuota 30 persen untuk politisi perempuan. Itu artinya, kaum perempuan perlu dikembangkan dan dididik berpolitik. Lah, untuk kami Betawi? Masa dicuekin mulu? Boleh dong kami meminta, di Jakarta yang katanya daerah khusus ini, tanah nenek moyang orang Betawi ini,” ujarnya.
Jamal pun berharap, dengan pengukuhan kepengurusan Paguyuban Anak Betawi Rawa Bambon, akan mensolidkan masyarakat Betawi yang nasionalis, religius, dan memiliki tepo selira yang tinggi. “Inilah kami, masyarakat Betawi. Butuh ditopang dan diperhatikan secara khusus, di daerah khusus Ibokota Jakarta ini,” pungkas Jamal.(JR)