Butuh Keahlian Teknik Tinggi Untuk Kerja di Pabrik, Masyarakat Desa Mesti Sekolah Sampai ke China

Butuh Keahlian Teknik Tinggi Untuk Kerja di Pabrik, Masyarakat Desa Mesti Sekolah Sampai ke China

- in DUNIA
970
0
Butuh Keahlian Teknik Tinggi Untuk Kerja di Pabrik, Masyarakat Desa Mesti Sekolah Sampai ke China.

Ratusan warga desa akan dikirim rutin untuk bersekolah dan melanjutkan pendidikan ke Negeri China. Terutama bagi warga desa yang mengenyam pendidikan Sekolah Menengah Tingkat Atas dari desa-desa tempat perusahaan China PT Conch Grup beroperasi.

Untuk bulan Mei 2019 ini, diawali dengan mengirimkan para pelajar dari dua Kabupaten dulu, yakni dari Kabupaten Tabalong, Kalimantan Selatan dan Kabupaten Manokwari, Papua Barat.




Hal itu terungkap dalam penandatanganan kerja sama atau Memorandum of Understanding (MoU) antara PT Conch Cement Grup melalui Nanjing Polytechnic Institute China dengan Pemerintah Daerah yakni Kabupaten Tabalong dan Kabupaten Manokwari, yang digelar di Kantor PT Conch International Trade Indonesia, The Suites Tower Lantai 19, Jalan Boulevard Pantai Indah Kapuk (PIK) Nomor 1, RT 007/RW 002, Kelurahan Kamal Muara, Kecamatan Penjaringan, Jakarta Utara, Sabtu (27/04/2019).

Pantauan wartawan saat mengikuti acara penandatanganan MoU itu, Pemerintah Kabupaten Tabalong diwakili oleh Wakil Bupati Mawardi. Mawardi hadir dengan didampingi Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Tabalong, Akhmad Rizali Noor, beserta petinggi Dinas Pendidikan Kabupaten Tabalong Sutimbul dan beberapa pejabat daerah lainnya.

Sementara, dari Manokwari dihadiri oleh Wakil Bupati Manokwari Edi Budoyo, yang dikawal oleh sejumlah pejabat dari Dinas Ketenagakerjaan Kabupaten Manokwari Agus Winarso, Bidang Pelatihan dan Ketenagakerjaan Kabupaten Manokwari Muhkliarto dan beberapa staf lainnya.

Dari pihak perusahaan, Pimpinan PT Conch Grup, Ke Qiubi bersama Direktur PT Conch International Trade Indonesia, Wang Haiqing, Asisten Direktur PT Conch International Trade Indonesia, sekaligus Penerjemah Percakapan, Tony, Wakil Rektor Nanjing Polytechnic Institute, Shen Guoliang dan Dosen Bahasa Asing yang juga Kepala Bagian Perekrutan Siswa Nanjing Polytechnic Institute, Guo Ye. Selain itu, utusan perusahaan dari wilayah Kalimantan, Papua dan Jakarta juga hadir. Ada juga partner Nanjing Polytechnic Institute China di Indonesia, Ibu Dewi.

Penandatanganan MoU, dilakukan oleh Deputy Secretary of Nanjing Polytechnic Institute (Wakil Rektor) Nanjing Polytechnic Institute China, Shen Guo Liang dengan kedua Pemerintah Kabupaten, Tabalong dan Manokwari.

Proses percakapan hingga penandatanganan MoU berlangsung dengan mempergunakan Bahasa China. Direktur PT Conch International Trade Indonesia, Wang Haiqing menyediakan penerjemah ke dalam Bahasa Indonesia yaitu Asisten Direktur PT Conch International Trade Indonesia, Tony.

Sebelum memasuki agenda penandatanganan MoU, Wang Haiqing memaparkan, PT Conch Grup merasa perlu merekrut para pemuda pemudi yang merupakan pelajar dari desa-desa di lokasi perusahaan beroperasi, agar memiliki standar dan mutu keahlian yang dibutuhkan perusahaan.

Mereka akan mengikuti proses seleksi dan yang lolos akan dikirimkan belajar ke Negeri Tirai Bambu itu.

Hal ini sejalan dengan visi perusahaan yang diwajibkan melakukan dan memberikan Corporate Social Responsibility (CSR) kepada masyarakat setempat.

“Hal itu juga seiring dengan permintaan pemerintah Indonesia, yang pernah disampaikan Pak Luhut Binsar Panjaitan, agar mengutamakan tenaga kerja lokal untuk bekerja di perusahaan-perusahaan China yang ada di Indonesia,” tutur Wang Haiqing.

Selama ini, dijelaskan Wang Haiqing, tenaga perusahaan yang dari masyarakat lokal, tidak memenuhi standar kebutuhan pabrik. Selain tidak bisa berbahasa China, kemampuan teknik yang sangat dibutuhkan perusahaan belum terpenuhi oleh dunia pendidikan Indonesia.

Pihak perusahaan, lanjutnya, juga sudah mencari tenaga-tenaga kerja yang dibutuhkan pabrik dari berbagai kampus di Indonesia. Hasilnya, nihil.

“Lulusan kampus-kampus Indonesia kebanyakan bidang manajemen, sosial, kalau yang memiliki kemampuan dan keahlian teknik yang dibutuhkan perusahaan PT Conch Cement Grup, tidak ada, tidak memenuhi standar perusahaan,” ujar Wang.

Wakil Bupati Tabalong, Mawardi memaparkan, di wilayahnya, masyarakatnya sangat heterogen. Terdapat tiga suku besar di Tabalong. Dayak, Banjar, Jawa dan pendatang lainnya. Semua membutuhkan pendidikan yang layak dan juga pekerjaan yang layak.

Kerjasama beasiswa dan pendidikan semacam ini sudah bukan barang baru bagi Pemerintah Kabupaten Tabalong. Menurut Mawardi, sudah 4 tahun lebih, ada kerjasama dengan Jawa Pos Grup, ketika Kementerian BUMN dipimpin Dahlan Iskan, melakukan kerja sama pendidikan dan pelatihan maupun beasiswa.

Namun, untuk kerjasama spesifik dengan PT Conch Cement dan Nanjing Polytechnic Institute China, baru kali ini dimulai.

“Kami sangat mengapresiasi adanya kerja sama beasiswa dan pendidikan ini. Nah, ke depan seperti apa? Berapa banyak siswa dari Tabalong yang akan diutamakan sekolah ke Nanjing? Apa yang kami lakukan? Dan apa saja kewajiban PT Conch Cement dan Nanjing Polytechnic Institute China dalam kerja sama ini?” tutur Mawardi.

Mawardi juga mempertanyakan pola kerjasama yang akan dilakukan. Termasuk jenis kampus dan juga jurusan yang akan diikuti masyarakatnya jika belajar ke China.

Hal serupa juga disampaikan Wakil Bupati Manokwari Edi Budoyo. Edi menjelaskan, wilayahnya juga terdiri dari masyarakat heterogen dengan karakter masyarakat yang keras. Selain itu, angka pengangguran tinggi, sedangkan tingkat pendidikan belum tinggi.

“Konstelasi politik di Manokwari juga tinggi. Kami apresiasi kerjasama ini. Apa yang bisa kami lakukan dalam kerjasama ini? Apakah lulusan SMA dan SMK bisa dikirimkan sekolah ke Nanjing? Kami akan utamakan anak-anak Manokwari,” ujar Edi Budoyo.

Secara sosiologis, lanjut Edi Budoyo, kerja sama itu sangat menguntungkan bagi kabupaten Manokwari. Sebab diprediksi akan mengurangi angka pengangguran.

“Pengangguran di Manokwari masih termasuk tinggi, meskipun pengangguran bukan dari suku-suku yang ada Manokwari saja, kebanyakan dari suku-suku pendatang. Dan ini juga permasalahan yang bisa diselesaikan dengan kerjasama ini. Jika belum ada anak-anak Manokwari yang memenuhi standar setelah mengikuti seleksi nanti, kami tetap akan kirimkan yang asli Papua untuk belajar ke Nanjing,” tutur Edi Budoyo lagi.

Dia juga mempertanyakan, jangan sampai kerjasama ini menjerat mereka secara pribadi. Sebab, dirinya sebagai Wakil Bupati, bukan Bupati. Edi juga mempertegas, seperti apa hak dan kewajiban Pemerintah Kabupaten Manokwari dalam kerjasama yang dilakukan. Demikian pula dengan hak dan kewajiban PT Conch Cement dan Nanjing Polytechnic Institute China.

Deputy Secretary of Nanjing Polytechnic Institute China, Shen Guo Liang menyampaikan, sebagaimana disampaikan pihak PT Conch Grup, para peserta didik dari desa-desa yang berasal dari Kabupaten Tabalong dan Kabupaten Manokwari akan disangui sebesar 90 persen biaya pendidikan.

Pemerintah Kabupaten hanya membantu melakukan rekrutmen calon pelajar yang akan dikirim ke Nanjing. Juga memfasilitasi keperluan-keperluan kecil siswa, seperti pengadaan alat-alat belajarnya saja.

“Ke depan, jika tahapan berikutnya hasil seleksi yang memuaskan, akan dibiayai 100 persen,” ujarnya.

Shen Guo Liang memaparkan, awalnya program beasiswa seperti itu jarang dilakukan. Namun sejak 2012, karena pabrik-pabrik dan perusahaan-perusahaan China yang beroperasi di Indonesia membutuhkan, maka dilakukan rekrutmen dari desa-desa tempat perusahaan PT Conch Cement Grup beroperasi untuk dididik di Nanjing Polytechnic Institute China.

“Saat ini sudah ada lebih dari 100 orang pelajar asing, dari luar China yang lulus, dan bekerja di perusahaan-perusahaan China. Dan lulusan terbanyak itu berasal dari Indonesia,” ujar Shen Guo Liang.

Nanjing Polytechnic Institute China kini berusia 61 tahun. Kampus ini mendidik sebanyak 12 ribu mahasiswa politeknik, termasuk dari Negara-negara lain yang belajar di Nanjing.

Shen menjelaskan, Nanjing Polytechnic Institute China memiliki 40 Fakultas dan 10 Departemen. Kampus ini lebih fokus pada keahlian teknik setara internasional, yang nantinya dibutuhkan bekerja di perusahaan-perusahaan China yang tersebar di seluruh dunia.

“Saat ini ada sebanyak 600 orang pelajar asing dari 17 negara sedang belajar di Nanjing Polytechnic Institute China. Dan dari Indonesia yang paling banyak,” ujar Shen.

Di tahun 2022, lanjut Shen, Nanjing Polytechnic Institute China menargetkan merekrut lebih dari 1000 orang pelajar dari berbagai Negara.

“Selain merekrut pelajar, nantinya mereka juga akan kembali ke negaranya masing-masing untuk bekerja di perusahaan-perusahaan China, atau ke perusahaan lain yang setara. Diutamakan bekerja di perusahaan-perusahaan China,” jelas Shen.

Pola pendidikan yang dijalankan, lanjutnya, pada tahun pertama, pelajar asing yang masuk diterima di Nanjing Polytechnic Institute China akan belajar Bahasa China.

Tahun kedua, mulai masuk ke pelajaran-pelajaran inti bidang teknik yang dibutuhkan pabrik-pabrik China. Tahun ketiga, pematangan, kelulusan dan mengirimkan kembali.

“Program ini juga sejalan dengan visi misi Presiden China Mr Xi Jin Ping mengenai Jalur Sutera,” ujarnya.

Human Resources and General Affairs (HR & GA Department) PT Conch International Trade Indonesia, Shella Kartika menyampaikan, Nota Kesepahamanan ini ditandatangani antara Conch Cement, Nanjing Polytechnic Institute China serta Pemerintah Kabupaten Manokwari, Tabalong dan Bolaang Mongondow.




Ada dua kampus yang seharusnya ikut dan Tiga Pemerintahan Kabupaten dari Indonesia, yakni Kabupaten Tabalong, Kabupaten Bolaang Mongondow dan Kabupaten Manokwari.

Namun yang hadir hanya dari Nanjing Polytechnic Institute China dan dua Kabupaten, Tabalong dan Manokwari.

“Yang berisi tentang pemberian beasiswa kepada pelajar Indonesia untuk menuntut ilmu di Universitas China, serta memberikan kesempatan magang dan bekerja di PT Conch International Trade Indonesia. Kegiatan ini merupakan bentuk Corporate Social Responsibility dari PT Conch,” ujar Shella Kartika.(JR)

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

You may also like

Terungkap Kembali Praktik Mafia Paspor Penyebab TPPO, Imigrasi Bogor Kok Gak Kapok !

Satu per satu dugaan praktik mafia pembuatan paspor