Peristiwa kebencanaan menjadi ancaman nyata bagi pemerintah. Untuk itu diperlukan manajemen penanggulangan bencana (management disaster) dalam meminimalkan dampak kerugian. Khususnya untuk daerah-daerah rawan bencana.
“Peningkatan upaya pencegahan penting sekali,” kata Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Doni Monardo, selepas jadi pembicara Seminar Climate Change: Global Challenges, Issues, and Its Impacts Towards Sustainability di Auditorium Fakultas Kedokteran-Fakultas Kedokteran Gigi (FK-FKG), Kampus B Universitas Trisakti, Jakarta, Kamis (05/12/2019).
Doni menyebut, semakin banyak pakar atau ahli disaster management, maka dampak kerugian yang ditimbulkan dari bencana dapat diminimalkan. Baik itu kerugian materi maupun jumlah korban.
Indonesia, kata Doni, saat ini menjadi negara terbesar nomor dua di dunia dalam hal jumlah korban bencana dalam kurun waktu 20 tahun terakhir. Indonesia berada di bawah Haiti, negara di Kepulauan Karibia.
“Kita dituntut lebih banyak orang yang peduli dengan kondisi aktual ekosistem bangsa kita,” ujarnya.
Doni pun mendukung penuh program Magister Management (MM) Disaster Management yang diluncurkan Universitas Trisakti baru-baru ini. Program di bawah Magister Management (MM) Sustainability itu fokus pada peningkatan kapasitas dan kemampuan pemerintah daerah dan masyarakat dalam menanggulangi bencana.
“Dan tentunya ini (program management disaster) akan ada hubungannya dengan tugas-tugas BNPB,” ujar mantan Wakil Komandan Jenderal (Wadanjen) Komando Pasukan Khusus (Kopassus) itu.
Doni berharap, jumlah mahasiswa yang mengambil jurusan tersebut terus meningkat setiap tahun agar program tersebut bisa diserap oleh seluruh Provinsi, Kabupaten/Kota.
Direktur Eksekutif Centre for Enterpreneurship, Change and Third Sector (CECT) Universitas Trisakti Maria R Nindita Radyati menambahkan, pengelolaan bencana dibutuhkan sejalan dengan perwujudan tindakan kolektif (collective action) atau gotong royong.
“Managing disaster ini harus dilakukan mulai dari sebelum disaster, saat disaster dan setelah disaster,” ungkapnya.
Nita, sapaan Maria R Nindita Radyati, menyebut pihaknya akan menyiapkan beasiswa bagi mahasiswa yang berasal dari BNPB dan BPBD. Dan yang paling menarik, pihaknya juga akan menyisipkan program simulasi dengan bekerjasama dengan Australia.
“Dan nanti sertifikatnya juga dari Australia,” papar perempuan yang pernah menempuh studi di University of Technology Sydney itu.(Richard)