Meski calon Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok sudah mengumpulkan sebanyak 1 juta Kartu Tanda Penduduk (KTP) dari warga DKI Jakarta, sebagai persyaratan agar bisa maju dari jalur perseorangan, ternyata terungkap bahwa cara-cara mengumpulkan KTP itu melanggar dan sarat dengan transaksi.
Teman Ahok yakni organisasi yang menginisiasi pengumpulan KTP untuk pemenangan Ahok itu pun kembali menjadi bulan-bulanan, soalnya ada mantan anggota organisasi ini yang mengungkapkan permainan kotor yang dilakukan Teman Ahok dalam pengumpulan KTP.
Dodi Haryadi salah seorang mantan anggota Teman Ahok mengungkapkan, pengumpulan 1 juta KTP untuk Basuki Tjahaja Purnama tidak semuanya sukarela dari masyarakat. Namun, ada yang didapat dengan cara membeli KTP.
KTP yang sudah terkumpul pun banyak yang ganda. Menurut Dodi, jika mampu mengumpulkan KTP dengan jumlah yang banyak, maka relawan mendapat honor.
“Kami sebagai penanggungjawab kelurahan dibayar per 140 KTP per minggu sebesar Rp 500 ribu atau Rp 2 juta per minggu,” pungkas Dodi dalam jumpa pers di Cikini, Jakarta Pusat, Rabu (22/6/2016).
Setiap kelurahan, kata dia, ada 153 orang penanggungjawab. “Jika mencapai target 560 KTP maka kami diberikan bonus Rp 500 ribu,” ungkap dia.
Selain itu, Dodi juga menjelaskan, cara-cara memperoleh KTP yang dilakukan relawan Teman Ahok yakni, pertama mengakses data KTP. Data KTP itu, menurut Dodi, didapat dari program KKS Jokowi, agar memenuhi 1 juta target para relawan bahkan beli ke sana-kemari.
“Beli dari oknum-oknum kelurahan atau RT, barter KTP dengan sesama rekrutan Teman Ahok di wilayah lain, membeli KTP dari beberapa counter pulsa dan cara yang lain,” ujarnya.
Mantan pegiat Teman Ahok lainnya, Paulus Romindo mengungkap beberapa modus memanipulasi KTP yang dilakukan para pendukung Ahok agar bisa maju di pilkada DKI Jakarta melalui jalur perseorangan. Salah satu cara yang digunaka adalah barter data KTP yang dikumpulkan Teman Ahok di satu daerah, ke daerah lain.
“Karena dikejar target, kami juga menggunakan data KTP yang dikumpulkan untuk program KKS (Kartu Keluarga Sejahtera) Presiden Jokowi. Membeli dari oknum kelurahan atau RT, barter KTP dengan sesama rekrutan Teman Ahok di wilayah lain, atau membeli di counter pulsa dan cara-cara lain,” ujar Paulus.
Paulus juga membeberkan modus lain yang digunakan Teman Ahok, yakni mengerahkan pegiat Teman Ahok mendatangi berbagai booth KTP Gue Buat Ahok yang dibuka di pusat-pusat perbelanjaan.
“Kami juga main ke mall, itu atasan kami yang menyuruh untuk beli data. Misalnya kepada Teman Ahok yang ada di mall, kami bilang, ‘Geser-geser dong om (datanya,red), gua dikejar target juga nih’,” ujar Paulus yang sebelumnya menjadi penanggung jawab pengumpulan KTP untuk Ahok untuk Kelurahan Kamal, Jakarta Barat itu.
Paulus mengaku memilih hengkang dari Teman Ahok. Ada pula empat orang rekannya di Teman Ahok yang biasa memanipulasi data KTP juga melakukan langkah serupa. Paulus menambahkan, keempat rekannya itu juga siap membuka kebobrokan Teman Ahok ke publik.
“Kalau Teman Ahok mengatakan jumlah KTP sudah mencapai satu juta, maka dugaan kami itu hanya klaim saja. Apalagi pengumpulan KTP juga tetap dilakukan sampai 28 Juni mendatang,” ujarnya.(Jimmi)